Mohon tunggu...
Fahrizal Muhammad
Fahrizal Muhammad Mohon Tunggu... Dosen - Faculty Member Universitas Prasetiya Mulya

Energi Satu Titik

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Jual Buku Kiloan

23 Februari 2020   15:58 Diperbarui: 23 Februari 2020   16:04 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku pertama saya, Energi Satu Titik (Depok: Pustaka Emkas, 2013), adalah buku daur ulang. Mengapa saya sebut begitu? Karena, buku itu merupakan kumpulan artikel motivasi saya di rubrik "Motivasi" Majalah Gontor. 

Selain artikel, buku saku itu juga berisi "status facebook" saya. Lho, kok bisa? Status facebook? Iya, sejumlah status facebook  yang saya tulis ternyata disenangi orang. Bahkan tidak sedikit yang menjadikannya status (lagi) di laman sosmed mereka. Katanya, apa yang saya tulis mewakili perasaan dan pikirannya.

Namun, sekarang saya tidak ingin membicarakan perihal "status facebook yang laku dijual", biarlah nanti saya sempatkan berbagi kembali tentang hal yang satu itu. Lewat artikel ini justru saya ingin berbagi perihal buku Energi Satu Titik yang pada gilirannya saya jual secara kiloan.

Energi Satu Titik (EST) adalah buku saku. Ukurannya 10,5 cm X 14,7 cm. Dengan ukuran seperti itu, saya berharap buku itu enak dan cocok dibawa dan dibaca dalam perjalanan. Tebalnya 139 halaman. Berisi 13 artikel berbenang merah, saling terkait, dan berhubungan sejak awal hingga akhir: "Potensi adalah Amanah", "Belajar dari Koridor Sejarah", "Mencermati Potret Kekinian", "The Power of Dream", "Potensi dan Pemaksimalan Peluang", "Melanglang Buana Menjadi Warga Dunia", "Energi Satu Titik", "Kegairahan Sebuah Proposal", "Bersama Sebuah Proses", "Memetakan Kesubliman Hakiki", "Peta Hidup: Karakter dalam Koridor Waktu", "Menemui Wajah Waktu", dan "Ada Dia di Hatiku". Semua artikel ini membentuk satu formulasi motivasi dari rangkaian sebuah pelatihan. Selain artikel, buku kecil ini juga berisi 13 catatan perihal topik tiap artikel. Nah, catatan inilah yang pernah menjadi status di laman facebook saya.

Energi Satu Titik diterbitkan dengan cara self publishing. Saya menikmati setiap tahapan produksinya, sejak editing, pembuatan cover, pemilihan ilustrasi, lay-out, pencetakan, pendaftaran ISBN, pemasaran, sampai pendistribusian. Dua hal terakhir sebagai fase hilir punya catatan sendiri yang menarik.

Faktanya, EST tidak pernah hadir di toko buku mana pun. Strategi pemasaran dan distribusi yang dipilih di antaranya, pertama, dipasarkan khusus di kegiatan pelatihan. Ini cara jadul seorang trainer dalam berjualan. Peserta pelatihan menjadi subjeknya.  Cara ini praktis. Tidak perlu ongkir bahkan bisa dapat tanda tangan penulisnya. Asyik, kan...

Ketertarikan dan kepuasan sejumah peserta di ruang dan suasana pelatihan melahirkan keingintahuan lebih akan pemikiran sang trainer. Oleh karena itu, menjual buku ketika ada kelas pelatihan menjadi salah satu opsi. Penampilan sebagai trainer utama biasanya cukup efektif sebagai daya tarik dan promosi. Kesesuaian antara sejumlah cara pandang, prinsip, dan pendapat kita atas sesuatu serta ketepatan cara mengartikulasikannya dengan apa yang dirasakan oleh para peserta telah menjadi salah satu alasan mereka untuk mau membeli. Keberterimaan berbuah keberkahan.

Kedua, melalui media sosial. Ya, namanya juga media sosial, orang bebas menilai, berkomentar, menganalisis, dan atau bahkan mengkritik tanpa ada beban harus membeli. Inilah perkenalan yang menarik. Sejumlah fitur di beberapa media sosial nampaknya sangat cocok untuk memperkenalkan karya kita.

Saking sosialnya, media itu tidak menyasar pada orang tertentu. Kita juga tidak bisa menjamin apakah perjumpaan mereka dengan postingan kita langsung berbuah ketertarikan untuk segera merespon dan membeli. Keberjarakan menimbulkan probabilitas.

Ketiga, jalur pribadi (japri). Cara ini sesungguhnya juga mempergunakan flatform sejumlah media sosial. Namun, di sini kita langsung mengirimkan informasi perihal buku tersebut kepada akun seseorang yang kita tuju. Dengan dijapri, orang diharapkan bisa langsung melihat dan meresponnya. Sentuhan personal atas dasar persahabatan dan silaturahim memungkinkan cara ini menjadi salah satu yang dinilai paling tokcer untuk pemasaran.

Inilah inti dari salah satu makna network. Jaringan pertemanan antarpribadi menjadikan kita saling memahami kapasitas satu sama lain. Dengan demikian, ketika ada salah seorang teman memposting karyanya, kita merasa senang dan memberi dukungan dan apresiasi dengan mengomentari, membahas, atau membelinya. Kedekatan memberikan kepastian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun