"Moga aja dia nggak tanya pas aku presentasi"
"Kenapa sih dia selalu tanya pas presentasi?"
"Sok pintar banget sih anak itu"
Kalian pasti pernah mendengar kawan kalian ngomong seperti gitu. Entah itu di kelas ataupun di warung kopi. Juga kalian juga pasti pernah waktu presentasi bergumam agar teman-teman kalian tidak banyak tanya. Dengan dalih agar waktu pembelajaran cepat selesai.
Di era yang serba cepat ini, tentu kita bisa mendapatkan akses untuk mencari informasi dengan mudah. Mulai dari skripsi, tesis ataupun disertasi. Hanya dengan smartphone, kita bisa mendapatkan semua hal itu dengan mudah. Sungguh kemudahan yang membuat terlena seluruh umat manusia.
Namun, hal itu mempunyai dampak negatif bagi manusia. Salah satunya adalah manusia lebih memilih mencari informasi yang bersumber dari internet daripada yang bersumber dari buku. Dan juga menjadikan manusia malas membaca. Sehingga informasi yang di dapat kadang bisa berupa hoax atau tidak benar.
Contoh lain dalam dunia pendidikan, para pelajar sekarang lebih memilih mencari informasi dari internet daripada dari buku. Lebih memilih yang instan daripada yang ribet. Tinggal copy paste, tempel, ubah sedikit-sedikit dan jadilah tugas yang diberikan oleh guru. Sungguh mudah sekali.
Itulah mengapa pentingnya mempertahankan budaya literasi generasi sekarang ini dengan banyak membaca buku. Khususnya bagi mahasiswa. Karena seperti yang kita tahu, mahasiswa itu terkenal dengan istilah "agent of change" atau "agen perubahan". Sudah seharusnya mahasiswa membekali dirinya dengan banyak literatur.
Pelajar yang banyak tanya ketika presentasi berjalan itu bukan berarti dia itu "sok pintar". Itu menunjukkan bahwa pelajar tersebut tertarik pada ilmu yang disampaikan tersebut. Tentu sang presentator juga harus menyiapkan materi sungguh-sungguh sebelum presentasi dilaksanakan. Dengan begitu diskusi di dalam kelas akan mengalir dengan sendirinya.
Jangan salahkan yang bertanya jika kalian tidak bisa menjawab pertanyaan si penanya. Salahkan diri sendirilah yang tepat untuk hal itu. Mengapa kita tidak membekali diri dengan banyak literatur. Bukankah benar begitu wahai kalian "agent of change"?