Mohon tunggu...
Fakhri Ali
Fakhri Ali Mohon Tunggu... Politisi - Global Citizen - Survivor - Learner - Your Man

Catatan kecil yang memiliki arti besar. Menulis adalah terapi kehidupan, selain juga riwayat yg dirasa perlu terarsipkan. Namanya juga catatan •Ini semua hanya catatan, jika ada kesamaan nama, tempat, ataupun cerita, tentu hanya kebetulan semata. Sungguh tidak ada kesengajaan•

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hai Saudara, Berbeda Itu Biasa

13 Juni 2014   01:26 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:59 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam suasana menjelang pilpres ini, suhu politik di tanah air sudah mulai menaik, dan akan mencapai puncak kurang dari 30 hari lagi. Kompetisi semakin ketat dan seru karena pada pilpres kali ini hanya ada dua pasang kandidat yang maju dan sudah sah ditetapkan oleh KPU. Kedua pasangan capres-cawapres merupakan salah empat putra terbaik bangsa, tentu semuanya tak jarang mendapat pujian dan tepuk tangan tetapi sering pula mendapat cibiran dan hinaan. Memang tampak tak baik ketika cibiran dan hinaan dari salah satu kubu kepada kubu lain lebih sering muncul di permukaan, namun itulah relaita yang ada.

Dunia nyata maupun dunia maya sama ramainya, setiap hari selalu ada pembicaraan dan pemberitaan tentang pilpres ini, ada yang baik tetapi banyak juga yang tak mendidik. Black campaign dan Negative campaign lebih sering muncul daripada adu gagasan dan visi-misi. Dalam masa kampanye ini bahkan sejak jauh sebelumnya para politisi dan loyalis kedua pasang sudah sering menghiasi televisi dengan menyampaikan visi-misi, gagasan, ide, bahkan puisi dan terkadang intrik serta fitnah. Kedua kubu ini juga semakin menunjukkan dukungan pada jagoannya yang terkadang dengan membabi buta dan menyerang lawannya dengan cara-cara yang tak beretika.

Kita sadari atau tidak, salah satu dari keduanya akan menjadi Presiden Indonesia, presiden kita semua bukan hanya presiden dari pendukungnya. Proses ini mengancam kita untuk terpecah belah sebagai sebuah bangsa, hanya untuk mendorong "jagoan" masing-masing menjadi penguasa. Ini semua karena dalam budaya politik kita lebih sering intrik dan fitnah sebagai amunisi bukan visi-misi, ide dan gagasan. Inilah yang sesungguhnya sangat berbahaya dan membahayakan.

Beberapa saat lalu, sebuah media memberitakan dua orang tukang becak berkelahi karena berdebat soal capres jagoannya masing-masing. Belum lagi, hubungan pertemanan yang merenggang hanya karena berbeda pandangan dan pilihan politik. Bahkan, seorang selebtwit yang mendukung salah satu capres "habis" di bully di twitter sampai ia nonaktifkan akunnya untuk beberapa saat. Fenomena seperti ini sungguh mengkhawatirkan kita semua sebagai bangsa yang masih ingin bersatu seperti sila ke-3.

Perbedaan merupakan konsekuensi logis dari demokrasi, berbeda pandangan justru seharusnya menciptakan sebuah medium untuk saling mencerdaskan tuk menyampaikan alasan  dengan cara-cara yang sopan. Apa bangsa kita belum terbiasa tuk menghargai perbedaan? Atau tak bisa? Padahal perbedaan adalah sebuah anugerah Tuhan terlebih kita yang berada di negara majemuk seperti ini. Keberpihakan adalah salah satu cara kita tuk mengasah rasa menghargai dan menghormati bukan? Mengapa sebagai pendukung tak fokus saja tuk mendukung, memaparkan visi-misi dan menyampaikan prestasi dari kandidat yang kita dukung? Mengapa malah lebih fokus tuk menyerang lawan? Bahkan kadang dengan cara-cara yang tak elegan dan tentunya tidak sopan.

Walau berbeda pasangan capres yang kita bela bukankan kita masih saudara sebangsa? Bukankah kita sama-sama sedang memperjuangkan pasangan yang kita yakini bisa membuat Indonesia lebih baik? Kedua pasang capres-cawapres adalah orang-orang baik yang memiliki niat baik tuk mengabdi pada ibu pertiwi, bukan? Mari kita saling menghargai dan menghormati pilihan masing-masing pribadi.

Mungkin tulisan ini bisa dijadikan bahan tuk kita renungkan, atau setidaknya untuk saya yang sedang ketakutan. Takut untuk terpecah dan terpisahkan, Kawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun