Mohon tunggu...
Fahreza
Fahreza Mohon Tunggu... Penulis - ~Lagom~

Urip Sak Madya ~ cp: azerhaf@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Energy of "Bejo"

15 April 2019   14:24 Diperbarui: 15 April 2019   14:37 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Problematika dalam dunia kerja merupakan suatu hal yang lumrah. Pergantian regulasi, pergantian pimpinan, hingga pergantian lingkungan kerja sering kali bermuara pada kerisauan. Belum lagi kendala teknis lain yang tak mungkin dihindari. Hal itulah yang membuat profesionalitas dan karakter setiap pegawai diuji. Layaknya hukum rimba. Dalam konteks struggle memang benar adanya terjadi dimana pun.

Jika profesionalitas yang beradu dengan skill dapat dikuasai, belum tentu juga output akan linear terhadap ekspektasi. Kata sempurna kerap kali menjadi dorongan kepada anak buah untuk menjadikan suatu tugas tercipta beautiful goals. Pada kenyataannya, permasalahan kecil maupun besar dalam tugas silih berganti menghampiri. Baik terduga maupun tak terduga. Begitu juga sebaliknya. Terkadang seseorang berbekal medium skill dengan bermodal kegigihan justru sering kali membuat iri si pemilik skillfull. Layaknya istilah "Nyolong Pethek" hingga seseorang tersebut dikatakan  Bejo atau Beruntung atau Lucky.

Fenomena diatas mengajarkan bahwa betapa kekuatan luck menjadi elemen penting disetiap tugas. Tak hanya sebatas tugas kerja saja, namun dalam segala aspek kehidupan manusia. Banyak yang menduga bahwa keberuntungan hanya datang sesekali saja. Sedangkan keberuntungan secara kontinyu dianggap sebagai sesuatu yang diragukan.

Padahal, keberuntungan sejatinya merupakan pengerucutan dari ihtiar (usaha) dengan doa, bukanlah suatu kebetulan belaka. Luck dapat digambarkan sebagai titik temu layaknya piramida antara kedua hal tersebut yang berpucuk pada keberuntungan. Dengan kata lain, ada campur tangan Sang Pencipta disini dalam segala keputusan yang diambilNya.

Penulis menganggap bahwa kacamata Tuhan melihat tersebut sebagai suatu harmoni. Mungkin hal tersebut tidak hanya pernah dialami penulis saja, pembaca pun kerap mengalami. Namun terkadang hanya kurang menyelami kunci dari keberuntungan itu sendiri. Atau bahkan mungkin terkalahkan oleh ego masing-masing. Yang menganggap usahanya sendiri lah yang membuatnya sukses tanpa ada campur tangan alam semesta.

Untuk itu, makna push to the limit dalam berusaha atau berihtiar tidak hanya dalam konteks itu saja. Makna push to the limit juga berlaku dalam doa memohon kepada Illah. Caranya pun sudah diatur di masing-masing agama maupun kepercayaan. Tinggal kita aplikasikan dalam kehidupan kita mulai dari hal yang wajib terlebih dahulu secara kontiniti. Hingga akhirnya dilaksanakan dengan intensitas tinggi untuk menarik kekuatan Illah ke diri kita.

So, mau tunggu sampai kapan lagi Energi Bejo menghampiri kita. Terkhusus untuk pembaca muslim, tak lama lagi bulan suci menemui kita. Perbanyaklah amalan untuk menguatkan pondasi doa kita. Karena momentum itu yang secara tidak langsung akan membawa kita beradu dengan pondasi ihtiar. Tetapi jangan sampai mengendorkan ihtiar dengan kegigihan dalam konteks usaha yang sebenarnya. Sehingga semesta akan mengiyakan dan merestui untuk menurunkan keberuntungan ditengah kehidupan kita.  **

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun