Mohon tunggu...
FAHMA MAMLU
FAHMA MAMLU Mohon Tunggu... -

Mahasiswa pgra

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjamurnya K-Pop dan Drama Korea, Akankah Budaya Indonesia Mengalami Kerapuhan?

29 September 2018   10:56 Diperbarui: 30 September 2018   09:25 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mandhut.wordpress.com

Akhir-akhir ini, indonesia mulai digemparkan kembali oleh k-pop dan drakor (drama korea). Remaja (sekitar usia 11-12 th) hingga dewasa ramai-ramai untuk menonton tayangan korea tersebut. 

Bahkan saya yang notabennya bukan fans berat k-pop harus menjadi korban keganasan teman teman saya yang menjadi fans berat negri ginseng tersebut. Saya harus rela berjam-jam menyiapkan telinga saya untuk curhatan k-popers tentang idola idola mereka. Manusia berkulit putih tersebut telah menghipnotis gadis gadis indonesia sehingga rela berjam-jam di depan layar menonton sang idola.

Awalnya saya risih dengan cerita teman-teman saya, namun karena saya berusaha untuk mentoleransi akhirnya lama kelamaan saya terbiasa dengan kisah-kisah para idola dari negeri yang terkenal vegetarian tersebut. Akibat cerita dari teman, saya hafal sekali nama-nama dan wajah dari si artis tersebut, padahal jika dilihat sekilas mereka mirip semua kan readers? Apabila kalian se aliran dengan saya (netral banget) pasti kalian sependapat kalo mereka emang mirip-mirip banget. 

Setelah saya ikuti perkembangan para korean lovers ini, lama-lama timbul kekhawatiran saya terhadap budaya saya sendiri. Apalagi saat ini pasar bebas telah diresmikan, sehingga pemerintah melegalkan apa saja yang masuk ke negara kita, mulai dari makanan, pakaian, alat elektronik, dsb. Dulu waktu saya SD, saya hafal betul bunyi pancasila, uud 1945, bahkan beberapa pasal dalam undang-undang. 

Namun saat ini, anak SD banyak yang tidak hafal dengan hal hal tersebut. Mereka lebih sibuk untuk terus mengikuti perkembangan artis-artis korea daripada budaya indonesia. Banyak dari anak-anak sekolah yang mereka sama sekali tidak tahu tentang pengetahuan negaranya sendiri, seperti indonesia memiliki tarian apa saja, ada berapa provinsi dalam wilayah indonesia, bagaimana saja bentuk bentuk rumah adat indonesia, hingga lagu daerah pun mereka tidak hapal. 

Bahkan fakta yang mencengangkan adalah beberapa siswa SD bahkan ada yang tidak hafal lirik lagu indonesia raya jka dinyanyikan secara individu, namun mereka sangat hafal personil dan lagu dari berbagai macam boy/girl band korea. Hal seperti ini mengharukan atau malah menyesakkan?
Apa Kabar Budaya Kita saat ini?

Jika kita cermati, semakin tahun anak-anak generasi Z ini semakin tidak peduli dengan budayanya sendiri. Untuk anak-anak kota mereka mati-matian belajar dance kemudian diupload di media sosial supaya mendapat apresiasi dari orang lain, namun sanggar tari dibiarkan tidak berpenghuni sehingga semakin lama penari indonesia semakin berkurang. 

Hal yang membuat saya sebagai generasi 90 an miris adalah mereka rela menabung untuk beli tiket konser artis korea yang harganya tidak hanya 1-2 juta, melainkan mencapa 5-7 juta. Mereka rela tidak jajan selama beberapa bulan demi nonton konser, namun saat ada pertunjukan seperti tari, lenong, hingga wayang pasti yang mendominasi adalah orang-orang tua usia sekitar 40-an ke atas. Lalu apa kabar pemuda dan budaya Indonesia?

Lucu rasanya apabila seorang pemuda yang mati-matian berpidato pada awak media saat ada salah satu pulau atau kebudayaan indonesia di klaim oleh negara lain. Mereka tidak mau menjaga dan merawat, namun saat ada negara yang mengaku-ngaku dan ingin mengembangkan malah dicap sebagai perebut. 

Lalu bagaimana dengan kita sendiri sebagai pemuda ? kita sama sekali tidak ada usaha untuk menjaga kekayaan negara yang telah diwariskan oleh leluhur bangsa. Saat ini kita terlalu fokus bahkan memuja-muja budaya negara lain. tidak sedikit dari anak jaman sekarang yang mereka malah mengkritiki budaya mereka sendiri. Daripada hanya bisa berkomnetar kenapa kita tidak berusaha untuk membangun dan memperbaiki?

Oleh sebab itu marilah kita instropeksi diri mengapa kita sampai kecolongan terhadap budaya kita sendiri. Boleh boleh saja mengagumi budaya dan tradisi orang lain, namun jangan lupa kalau kita memiliki rumah yang wajib dijaga dan dipelihara sehingga bisa dijadikan identitas bangsa yang dapat dibanggakan di kancah dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun