Mohon tunggu...
FAHMA MAMLU
FAHMA MAMLU Mohon Tunggu... -

Mahasiswa pgra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hati Hati Bunda jika Mengenalkan Tuhan kepada Anak

21 Februari 2018   06:55 Diperbarui: 21 Februari 2018   07:46 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai umat yang beragama, tentu orang tua ingin mengenalkan Tuhan kepada anak. orang tua tentu tidak mau anak menjadi orang yang tidak patuh agama. tapi mengenalkan Tuhan kepada anak kecil haruslah hati hati. karena jika salah pengucapan maka akan menjadi salah persepsi kepada anak. 

Sebagai contoh, orang tua sering melibatkan Tuhan saat anak melakukan hal hal yang tidak baik. banyak dari para bunda yang menakut nakuti anak dengan hukuman yang diberikan oleh Tuhan. sebagai contoh saat anak berkata kotor maka bunda sering berkata seperti ini:"jangan bicara kotor nanti kamu dihukum sama Tuhan, atau jangan berbuat nakal nanti masuk neraka. perkataan perkataan tersebut akan menimbulkan persepsi buruk anak tentang Tuhan.

Banyak dari anak anak yang ketika ditanya bagaimana Tuhan itu maka mereka akan menjawab seperti raksasa, tukang hukum, matanya besar, dll. mengapa mereka beranggapan demikian? karena orang tua selalu mensugesti anak bahwa Tuhan adalah yang suka menghukum. niatnya memang baik agar anak mengenal Tuhan dan tidak akan mengulangi perbuatannya. namun yang terjadi adalah anak akan perbikiran berbeda dan bertolak belakang. maka pemilihan kata jika ingin mengenalkan sesuatu kepada anak haruslah hati hati. 

Jika kita ingin melibatkan Tuhan dalam mencegah perilaku anak maka kita pilih kata kata yang baik, seperti "nak, jangan berbuat  seperti itu ya, Tuhan itu sayangnya kepada anak anak yang baik",jika kita mengatakan hal seperti itu kepada anak maka anak akan menggambarkan Tuhan dengan yang baik baik karena suka kepada anak yang bauk baik. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun