Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Arcapada dan Bunga Ungu di Singgasana Dewa Yama

17 Juli 2020   17:48 Diperbarui: 1 Agustus 2020   18:15 2817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga berwarna ungu di kawasan gunung Semeru (sumber: gunung.id)

Dalam tulisan sebelumnya (Ini Asal-Usul Nama "Jawa" Menurut Konsep Lokapala...) telah saya urai bahwa: ...nama Yama yang berarti "kembar" dalam sanskerta, sinonim dengan makna kata "sama" yang dalam bahasa Indonesia berarti "serupa". 

Yang jika ditinjau dalam bahasa daerah di Nusantara, kata "sama" disebut "padha" dalam bahasa Jawa ataupun bahasa Tae.

Menariknya, dalam mitologi Jawa, sebutan "Arcapada" bermakna: "dunia bawah, atau neraka", Makna ini tentunya sejalan dengan status Yama sebagai penguasa dunia bawah, alam kematian, atau Neraka dalam konsep Lokapala. 

Sementara itu dalam tulisan "Nuansa Jawa pada Kata Ungu dalam Bahasa Phoenicia dan Bahasa Kuno Lainnya", telah saya urai bahwa jika meninjau nama Dewa Melqart (dewa pelindung Bangsa Phoenicia, dan dalam legendanya dikatakan sebagai penemu warna ungu) menurut komposisi abjad yang digunakan bangsa Phoenicia, yakni "MLK QRT" yang artinya "Raja Kota", maka bunyi nama tersebut mestilah "Malaka Qarta", Malaka = "Raja", dan Qarta = "Kota".

Mengenai MLK yang bermakna "Raja", anda dapat membaca penjelasannya di sini: https://id.wikipedia.org/wiki/Molokh 

Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa tiga huruf semitik yang bentuk latinisasinya menjadi M-L-K, adalah berarti "raja". Umumnya sejarawan dunia menganggap jika susunan ketiga huruf itu mestilah ditulis: Moloch, Molech, Molekh, Molok, Molek, Molock, atau Moloc. Tapi, saya pikir ada satu hal yang terlewatkan oleh mereka. 

Yaitu pertimbangan bahwa karena Dewa Melqart adalah dewa bangsa laut Phoenicia, maka dapat diduga jika bahasa yang digunakan oleh mereka adalah bahasa yang bercirikan bahasa bangsa maritim.

Ciri khas kosakata bahasa bangsa maritim adalah senantiasa menunjukkan suku kata yang berakhir dengan vokal. Hal ini sebagaimana yang diungkap John Inglis, seorang misionaris asal Skotlandia yang melakukan perjalanan ke Vanuatu antara tahun 1850-1877, bahwa ciri bahasa melayu (bangsa maritim) adalah setiap suku kata berakhir dengan vokal. 

Jadi saya pikir, "Moloch, Molech, Molekh, Molok, Molek, Molock, atau Moloc" adalah bentuk interpretasi yang tidak didasari pemahaman ilmu linguistik tentang bahasa bangsa maritim di masa kuno.

Demikianlah, fakta bahwa bentuk dasar nama Melqart adalah "Malaka Karta" mau tidak mau mengarahkan pemikiran kita pada kemungkin bahwa, ia berasal dari wilayah Nusantara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun