Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"New Normal" Tidakkah Akan Menjadi "New Negligence" (Kelalaian Baru)?

27 Mei 2020   13:03 Diperbarui: 27 Mei 2020   14:57 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: exponea.com)

Dalam beberapa hari terakhir, jargon "New Normal" mulai mengemuka sebagai slogan kampanye beberapa negara-negara di dunia (termasuk Indonesia) dalam merespon situasi yang ditimbulkan pandemi Covid-19. 

Tapi tahukah kamu jika ini adalah istilah dalam bisnis dan ekonomi yang mengacu pada kondisi keuangan setelah krisis keuangan 2007-2008, dan setelah resesi global 2008-2012.

Istilah ini muncul dari konteks memperingatkan kepercayaan para ekonom dan pembuat kebijakan bahwa ekonomi industri akan kembali ke cara terbaru mereka setelah krisis keuangan 2007-2008. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam buku "Navigating the New Normal in Industrial Countries" yang disusun oleh International Monetary Fund, yang mengatakan bahwa: 

"We coined the term "new normal" at PIMCO in early 2009 in the context of cautioning against the prevailing (and dominant) market and policy view that postcrisis industrial economies would revert to their most recent means."

Dicapture dari buku
Dicapture dari buku "Navigating the New Normal in Industrial Countries" pada halaman 12 (dokpri)

Dalam skenario menghadapai pandemi COVID-19 , frasa "new normal" umumnya pemaknaannya mengacu pada gambaran perkiraan perubahan perilaku manusia setelah pandemi ini, bahwa pandemi virus corona akan mengubah kehidupan sehari-hari bagi kebanyakan orang. Seperti menjaga jarak, membatasi kontak seperti jabat tangan dan semacamnya.

Lalu, kembali pada pertanyaan: sudah tepatkah istilah "new normal" ini digunakan untuk menyemangati dan menginspirasi orang-orang agar kembali beraktifitas normal dan menerima situasi yang baru dalam menghadapi pandemi Covid-19?

Dalam hemat saya, istilah ini lebih kepada mengajak orang-orang untuk adaptif atau menyesuaikan diri dengan kondisi, termasuk di dalamnya adalah menyesuaikan diri pada protokol standar yang disarankan badan kesehatan dunia ataupun yang telah dicanangkan pemerintah.

Pada dasarnya semua itu adalah kebijakan yang memang sudah seharusnya diterapkan. Namun di sisi lain, tentu kita berharap agar "new normal" tidak menjadi "new negligence" atau "kelalaian baru".

Agar "new normal" tidak menjadi "new negligence" atau "kelalaian baru", memetik pelajaran berharga dari kesulitan yang kita alami dalam beberapa waktu belakangan ini adalah hal bijak yang mesti dilakukan.

Pelajaran berharga dari Pandemi Covid-19

Kita telah mengalami banyak hal dalam waktu singkat ini. Dan entah kesulitan seperti apa lagi yang menanti di depan sana. 

Kenyamanan kita selama ini dalam merencanakan hidup dalam sekejap terganti oleh kebingungan akan ketidakpastian situasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun