Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makna dari Ramalan "Empat Penunggang Kuda"

28 Maret 2020   00:02 Diperbarui: 31 Agustus 2023   17:15 11458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Metafora "Empat Penunggang Kuda" di Akhir Zaman, oleh Albrecht Durer, seniman besar dari Jerman di masa Renaisans (sumber: museum seni rupa Amerika Serikat. via commons.wikimedia.org)

Para ahli sejarah menilai bahwa biaya yang sangat besar dari kampanye perangnya, membuat sang pangeran kesulitan keuangan, hingga pada tanggal 25 Januari 1368 ia memberlakukan penarikan pajak perapian (fouage, or hearth tax).

Berjangkitnya Demam kuning sebagai simbolisasi Kuda pucat

Kata "kepada mereka" dalam ayat Wahyu 6:5-6, dalam pandangan saya mengindikasikan jika penungguang kuda keempat bukanlah merujuk pada satu sosok tertentu, tapi nampaknya lebih merujuk pada sebuah institusi, bisa sebuah institusi negara, kerajaan, atau pun institusi agama.

Saya menduga warna pucat pada kuda keempat, yang disebut kuning kehijauan atau hijau kekuningan, bisa jadi merujuk pada wabah demam kuning yang pada tahun 1690 menyebar di Tiga belas koloni Inggris di benua Amerika. Salah satu yang terparah, yaitu wabah yang menyebar di Philadelphia pada kisaran 1690-1807.

Gambaran yang dilukiskan dalam ayat wahyu 6:6 "...mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di bumi," saya pikir cukup sejalan dengan kebengisan yang diperlihatkan Inggris di setiap daerah jajahannya - yang selain membunuh rakyat dengan senjata, membuatnya mati kelaparan, penyakit, hingga penyiksaan menggunakan binatang buas seperti singa atau pun harimau.

Demikianlah interpretasi saya pada ramalan "empat penunggang kuda" dalam kitab wahyu.

Saya pikir  pola kemunculan masing-masing "penunggang kuda" yang diasumsikan konsisten berjarak 360 tahun, dan bahwa di setiap periode_, asumsi tersebut dikuatkan oleh adanya bukti yang sejalan dengan ciri-ciri yang disebutkan, menjadikan interpretasi ini bisa dikatakan cukup kuat dan kiranya dapat dipertimbangkan.

Di sisi lain, ramalan "empat penunggang kuda" yang mengiringi pembukaan 4 segel pertama (dari tujuh segel dalam visi apokaliptik Yohanes) pada dasarnya bukan lagi kejadian di masa depan, tapi kejadian di masa lalu. Tersisa segel ke 5, 6 dan 7 yang mungkin masih dapat dikatakan sebagai ramalan tentang masa depan.

Baca lanjutan pembahasannya di sini: Siklus Angka Kosmis dalam Nubuat Akhir Zaman

Sekian. Semoga bermanfaat. Salam.

Bagi yang berminat membaca tulisan saya lainnya, bisa melihatnya di sini: kompasiana.com/fadlyandipa

atau di website saya: https://fadlybahari.id/


Fadly Bahari, Pare-Kediri, 27 Maret 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun