Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Sejarah Nama Tuhan dalam Tradisi Agama Samawi

13 Februari 2020   11:18 Diperbarui: 31 Agustus 2023   17:37 6823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: leeabbey.org.uk)

Ungkapan tersebut memang benar. Jauh sebelum Nabi Muhammad terlahir, Sebutan "Allah" telah digunakan dalam tradisi Kristiani secara luas, baik kaum Kristiani yang tinggal di semanjung Arab, Afrika Utara, dan Timur Tengah.

Hingga hari ini, semua orang Arab baik yang beragama Yahudi maupun yang beragama Kristen, masih menggunakan "Allah" sebagai satu-satunya kata untuk Tuhan. Bahkan Malta yang mayoritas beragama Katolik Roma juga menggunakan sebutan "Alla".

Jika merujuk pada pendapat para arkeolog, sebutan "Ilah" (yang berarti Tuhan dalam bahasa Arab) sesungguhnya telah digunakan dalam budaya bangsa-bangsa pada masa kuno. 

Frank Moore Cross (1973) misalnya, dalam bukunya Canaanite Myth and Hebrew Epic - Essay in the History of the Religion of Israel menjelaskan bahwa : ...ila adalah bentuk ejaan dari nama ilahi yang mana banyak ilmuwan memilih bentuk normalnya sebagai / 'ilah /. (...) menunjukkan bentuk predikat baik dalam Amorite dan Akkadia Kuno. "Ila" atau "Il" adalah dewa utama dari Mesopotamia pada periode Pra-Sargonik.

"El" atau "Il" juga Muncul dalam teks Ugaritik, yang diperkirakan berasal dari milenium ke-2 SM, bermakna sebagai "dewa" secara umum, dan juga bermakna sebagai kepala atau yang tertinggi dalam jajaran dewa-dewa.

Dalam Perjanjian Lama sendiri, "El' adalah Bentuk paling sederhana yang digunakan untuk penyebutan Tuhan. Bentuk ini dianggap sebagai bentuk nama yang pertama dan yang terpenting. 

Demikianlah, ada benarnya ketika Wilhelm Schmidt menyatakan dalam The Origin of the Idea of God (1912), bahwa telah ada suatu monoteisme sebelum manusia mulai menyembah banyak dewa.

Bahwa pada masa yang paling primordial atau paling awal dalam sejarah manusia di muka bumi, kepercayaan manusia hanya mengakui dan menyembah satu Tuhan, namun lambat laun seiring berjalannya waktu, abad demi abad kemudian, kepercayaan tersebut berkembang menghadirkan Tuhan-Tuhan lain.

Mengenai kata Tuhan dalam Bahasa Indonesia

Tidak dapat disangkal, kata Tuhan dalam Bahasa Indonesia memang berasal dari kata "tuan". Hal ini setidaknya diungkap pula dalam Ensiklopedi Populer Gereja oleh Adolf Heuken SJ (1976), bahwa kata Tuhan ada hubungannya dengan kata Melayu 'tuan' yang berarti atasan/penguasa/pemilik.

Untuk hal ini, Remy Sylado dalam tulisannya berjudul "Bapa Jadi Bapak, Tuan Jadi Tuhan, Bangsa Jadi Bangsat" menanggapi sebagai berikut:

Agaknya buku pertama yang memberi keterangan tentang Tuhan dengan cara yang mungkin mengejutkan awam adalah Ensiklopedi Populer Gereja oleh Adolf Heuken SJ. Keterangannya di situ, Tuhan, "arti kata 'Tuhan' ada hubungannya dengan kata Melayu 'tuan' yang berarti atasan/penguasa/pemilik." Ensiklopedia yang hanya satu jilid ini pertama terbit pada tahun 1976. Keterangan tersebut masih kita baca lagi dalam ensiklopedianya yang lebih paripurna, terdiri dari lima jilid, terbit pada tahun 1991, yaitu Ensiklopedi Gereja. 

Lebih lanjut menurut Remy, melalui terjemahan Melchior Leijdecker-lah kita menemukan perubahan harfiah, untuk kata 'tuan' (yang bersifat insani) dengan kata 'Tuhan' (yang bersifat ilahi) dalam khasanah bahasa Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun