Mohon tunggu...
Fadhilah Miftahul Ilmi
Fadhilah Miftahul Ilmi Mohon Tunggu... Lainnya - UIN WALISONGO SEMARANG

Sukamara, 23 November 2001 Mahasiswa Moto hidup "Bahagiakan orang tuamu sebelum mereka pergi, dan bahagiakan orang tuamu sebelum kamu yang pergi"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Asa Seorang Anak Kampung

5 Mei 2020   07:21 Diperbarui: 9 Juni 2020   13:59 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://wildadventure-centralborneoisland.blogspot.com/2013/10/pictures-old-of-central-kalimantan-10.html?m=0 

Sukamara view of the village. 1928

Di sebuah kampung, ada seorang anak kecil. Jika dilihat sekilas tidak ada yang spesial dari anak itu. Tubuhnya pun tidak sebesar anak-anak lain yang lebih beruntung dari dia. 

Sama seperti halnya anak-anak biasa, namun yang membedakannya hanyalah kehidupan yang dilalui. Dimana ketika anak-anak lain bermain dengan sangat cerianya, dia berjualan untuk membantu perekonomian keluarganya.

Membawa termos besar berisikan es adalah rutinitas yang dia lakukan setiap hari dengan berkeliling kampung untuk menjual dagangan yang dia ambil dari seorang pemilik toko. 

Bahkan ada satu kejadian dimana saat dia menjual dagangannya, ada pembeli yang menipunya sehingga kembalian yang dia minta tidak sebanding dengan apa yang dia bayar. Akibatnya, dengan berat hati anak kecil itu harus menanggung semua kerugian tersebut dengan menyerahkan semua tabungan yang dia miliki.

Setiap hari ia lalui dengan penuh semangat dan perjuangan demi memenuhi kebutuhan hidup sambil menerima pendidikan formal di sekolah. Di sini lah keistimewaan dan perjuangan berat yang dilalui anak itu di mulai. 

Sejak bangku sekolah dasar, dia terus menerus mendapatkan peringkat 1 dikelasnya. Walaupun ia sangat sibuk untuk mencari uang, namun dia tak lupa juga belajar dan membaca buku. Saat dia sedang bekerja, bukupun tak lepas dari hadapannya.

Tumbuhlah anak tersebut menjadi seorang remaja yang penuh kerja keras tepatnya pada masa SMA. Pada saat itu, dia selalu mendapatkan peringkat 1 terus sehingga diapun dipercaya dan diminta untuk mengajar anak-anak orang yang tidak mengerti dengan mata pelajarannya dengan bayaran yang telah disepakati. 

Namun dalam perjuangannya mencari rupiah pasti banyak halangan dan rintangan yang dilalui, tak jarang dia tidak dibayar tepat waktu sehingga memaksanya untuk memanfaatkan kekayaan alam yang ada di daerahnya.

Akhirnya diapun lulus dari bangku SMA dan melanjutkan kuliah. Dia memutuskan untuk merantau karena tidak ada kampus yang dekat di daerahnya. Dia pergi merantau tanpa ada bekal dan ditemani sama sekali oleh keluarga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun