Mohon tunggu...
Fadhil AlRasyid
Fadhil AlRasyid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional

Hobi Futsal, Menulis, Travelling

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Analisa Konflik Rohingya Menggunakan Pohon Konflik Berbasis Konstruktivisme Identitas

30 September 2022   09:58 Diperbarui: 30 September 2022   10:06 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perdamaian merupakan dambaan setiap umat manusia akan tetapi, dalam dinamika kehidupan tidak terlepas dari suatu permasaahan. Permasalahan yang terjadi tidak terlepas dari adanya perbedaan, persengketaan dan banyak lainnya yang akan memicu terjadinya sebuah konflik. Dalam penuisan artikel ini penulis akan membahas tentang Konflik Rohingya yang terjadi di Myanmar.

Rohingya merupakan sebuah konflik yang terjadi di Myanmar antara etnis Rohingya dan etnis Rakhine. Etnis Rohingya merupakan etnis yang muslim dan etnis Rakhine merupakan etnis yang mayoritas penganut Budha. Etnis Rohingya merupakan etnis yang minoritas di Myanmar dan etnis Rakhine merupakan mayoritas di Myanmar. Minoritasnya etnis Rohingya di Myanmar, etnis Rohingya merasa mendapatkan perlakuan yang tidak pantas oleh pemerintahan Myanmar bertolak belakang dengan etnis Rakhine yang sangat mudah dalam mengakses Kesehatan, Pendidikan, dan untuk mendapatkan hak haknya sebagai warga negara. Selain itu, saah satu penyebab yang menjadikan pecahnya knfik ini adalah pemerkosaan terhadap Ma Thida Htwe pada 28 Mei 2012. Daam kasus pemerkosaan ini terdapat 3 peaku yang man dua diantaranya merupkan etnis Rohingya. Lantas apa saja hal yang membuat pecahnya konflik Rohingya yang terjadi di Myanmar? Pada penulisan artikel kali ini penulis akan membahas secara singkat menggunkana level analis pohon konflik.

Pada penulisan artikel ini penulis menggunakan konsep HAM (Hak Asasi Manusia). Hak Asasi merupakan hak fundamental setiap individu yang mencakup ha katas hidup dalam budang politik, hukum, ekonomi, social dan budaya. Hak tersebut merupakan kebutuhan mendasar yang harus dimiliki setiap individu dan kelompok masyarakat tanpa membedakan etnis, agama, jenis kelamin. 

Di dalam islam sendiri, hak asasi manusia merupakan karunia yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap individu yang ada dimuka bumi. Dalam menjelaskan konflik Rohingya penulis akan menggunakan teori Kontruktivisme berbasis Identitas. Secara sederhana identitas merupakan sebagai atribut yang dapat membedakan satu actor dan actor lainnya. Perbedaan perbedaan yang ada di dalam sebuah kehidupan sangatlah besar pengaruhnya terhadap terjadinya sebuah konflik yang ada.

Penyebab TerjadinyaKonflik Rohingya.
Perbedaan antara suku, etnis, agama merupakan saah satu factor penyulut terbesar terjadinya konflik dan bahkan dapat menyebabkan intentisitas yang tinggi. Kasus Rohingya di Myanmar ini terjadi antara dua belah etnis yaitu etnis Rohingya sebagai anggota minoritas dan etnis Rakhine sebagai anggota mayoritas. Dalam konflik Rohingya, etnis Rohingya didiskriminasi oleh etnis Rakhine dikarenakan Rohingya sebagai minoritas di Myanmar bahkan, etnis Rohingya sampai tidak dianggap sebagai warga negara Myanmar oleh pemerintahannya. Tidak diakuinya etnis Rohingya sebagai warga negara menyebabkan sulitnya etnis Rohuingya dalam mengakses kesehatan, Pendidikan dan perumahan yang layak. Bukan saja dalam mendapatkan akses kesejahteraan sebagai warga negara, etnis Rohingya yang dianggap sebagai hanya warga negara asing yang bersinggah di Myanmar yang menyebabkan etnis Rohingya tidak diperbolehkan untuk bekerja sebagai guru, perawat, abdi masyarakat ataupun dalam hal hal layanan dalam masyarakat mereka sebagai orang orang tak bernegara dan tidak diakui oleh pemerintahan Myanmar. Berdasarkan konsep hak asasi manusia etnis Rohingya tidak mendapatkan hak hak kemanusiaannya sebagai individu yang ada di muka bumi ini.

 Selain karena adanya perbedaan antara Ras, Suku, Agama terjadinya kasus Rohingya yang melibatkan antara etnis Rakhine dan etnis Rohingya juga disebabkan oleh banyak factor diantaranya :

1. Pemerkosaan Ma Thida Htwe 
Pemicu konflij mulai terjadi di waktu aparat pemerintah melakukan penahanan tiga tersangka atas penghilangan nyawa seorang gadis yang bekerja menjadi tukang jahit asal etnis Rakhine, Ma Thuda Htwe (27 tahun), putri U Hla Tin dari perkampungan Thabyechaung, Desa Kyauknimaw, Yanbe.
Gadis 27 tahun tadi ditikam hingga tewas disertai pemerkosaan oleh 3 orang asal etnis Rohingya yakni Htet Htet (a) Rawshi bin U kyaw Thaung (Bengali/Muslim), Rawphi bin Sweyuk tamauk (Bengali/Muslim) dan  Khochi bin Akwechay (Bengali/Muslim). Aparat kepolisisan Rakhine melakukan penahanan ketiga tersangka tersebut secara tidak transparan sehingga menekan amarah kedua etnis.

 

2. Diskriminasi Budaya Oleh Pemerintah 
Penduduk Myanmar tidak pernah mengakui masyarakat Rohingya etnis Bengali menjadi etnis, mereka menganggap sebagai "Muslim Arakan", "Muslim Burma" atau "Bengal asal Burma" adalah nama-nama yg disematkan kepada Rohingya menjadi bahan ejekan.
tidak hanya pemerintah Burma yg mengintimidasi mereka, tetapi juga junta militer pun menggembar-gemborkan gerakan anti Islam di kalangan rakyat Buddha Rakhine serta penduduk Burma menjadi bagian berasal kampanye memusuhi Rohingya.

 

3. Etnis Rohingya tidak Diakui sebagai Penduduk Myanmar.
Tidak diakui sebagai warga negara, etnis Rohingya merasa tidak mendapatakan haknya sebagai warga negara. Selain itu, etnis Rohingya juga tidak mendapatkan akses kesehata, Pendidikan, dan tempat tinggal yang layak yang menyebabkan etnis Rohingya melakukan pemberontakan kepada pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun