Mohon tunggu...
Franklin Towoliu
Franklin Towoliu Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pemerhati masalah kehidupan

Penulis,fiksi,komik,freejournalist,perupa dan aktifis teater

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Paskah 2000 Tahun Lalu dan Kini di Tahun Virus Corona, Kiamat Berdiri di Depan Pintu Rumah

12 April 2020   08:54 Diperbarui: 12 April 2020   08:56 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dan hak cipta ada pada Gereja Gmim Musafir Kleak.

Merayakan momen Paskah di Tengah Terjangan Badai Corona. Sebagian orang mungkin akan bicara soal ketenangan dan penghiburan untuk membawa anda kuat. Saya juga tapi saya hanya akan mengatakan yang sebenarnya -hanya- bersebelahan dengan kata penghiburan dan motivasi buat anda.

 “Bunda,,, kita jadi ikut pawai obor dan lomba cari telur paskah, kan? “ pertanyaan itu meluncur ringan dari bocah perempuan berumur kira-kira 6-7 tahun.  Ia bertanya sambil membulatkan mata, menatap wajah ibunya lekat-lekat agar menemukan jawaban dan kepastian di sana.

 Lalu dengan penuh kasih ibu anak ini balik menatap raut putri mungilnya ini juga dengan bola mata yang berbinar lebar. “Paskah kali ini kita tak merayakannya sayang,” ujarnya meyakinkan, sembari membelai lembut rambut putrinya yang tergerai luruh melewati bahu.  

Gadis kecil itu reflex memalingkan muka dari ibunya lalu tak sengaja bertabrakan dengan pandanganku. Ada guratan kecewa tergambar di wajah lugu itu. 

Lalu ia kembali berpaling tapi kali ini sambil membenamkan kepala ke perut ibunya, sambil berusaha menyembunyikan tangisnya bisa pecah kapan saja.  

 Percakapan kecil antara ibu dan anak itu tertangkap oleh ku ketika hendak membayar di sebuah mini market, tentu saja dengan sikap Physical Distancing yang ditekankan pemerintah alias ngantri semester-semeter.  Selesai membayar aku tersenyum penuh syukur, meski di depanku terpampang wajah putrid kecil ku. 

Betapa di paskah ini aku sebenarnya pernah berjanji untuk menyiapkan berapa lusin telur paskah nan indah untuknya agar dapat melakukan lomba mencari telur bersama teman-temannya. Itu tentu akan sangat membanggakan baginya.

 Ini kali memang saatnya umat Kristen tidak merayakan paskah secara harafiah seperti yang selama ini selalu jadi kalender tahunan. Ini sepertinya waktu yang tepat untuk merayakan paskah secara esensial dan mendalam. 

Intropkesi diri dan evaluasi kehidupan kemarin, hari ini dan akan datang menjadi sangat perlu. Juga perenungan ihwal munajat hati kita secara pribadi kepada Tuhan,  sambil bertanya kepada diri sendiri apakah kehidupan kita di bawah matahari sering membuat kita melupakan Tuhan kita atau sebaliknya?

Dengan beragam aktifitas yang menyita waktu dan kehidupan kita tentu saja 70% waktu kita seharian tersita oleh pekerjaan. Maka di paskah kali ini umat punya waktu panjang untuk merenung dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Umat Kristen di kota ku tentu ingat. Tahun kemarin akan selalu persis tahun tahun-tahun sebelumnya. Ketika moment paskah ini datang kita akan menyambutnya dengan senyum, lalu membayangkan kesibukan-demi kesibukan yang akan kita jalani. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun