Mohon tunggu...
Daril Tri Budi Santoso
Daril Tri Budi Santoso Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa yang saat ini berkuliah , hobi saya berenang

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mahasiswa Universitas Brawijaya Kediri Melakukan Penyuluhan dan Pelatihan : Metode Burger Komposting sebagai Inovasi Baru Pengolahan Sampah Organik

1 Agustus 2025   23:13 Diperbarui: 1 Agustus 2025   23:18 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar  1.   Foto Bersama Mahasiswa KKN dan Ibu PKK Desa Bringin 

Kediri -- Program kerja unggulan dari Kelompok KKN PSDKU Universitas Brawijaya Kediri yang dilaksanakan di Desa Bringin, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri, adalah edukasi dan praktik langsung teknologi tepat guna Burger Composting. Program ini hadir sebagai solusi pengolahan limbah organik rumah tangga,pertanian dan peternakan yang selama ini belum termanfaatkan secara optimal oleh masyarakat desa. Desa Bringin dikenal sebagai daerah agraris yang menghasilkan banyak limbah organik seperti sisa makanan, limbah jamur tiram, dedaunan kering, hingga kotoran ternak. Selama ini, limbah tersebut kerap dibuang begitu saja atau dibakar, sehingga mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan warga. Berdasarkan hal tersebut, mahasiswa KKN PSDKU UB Kediri merancang program Burger Composting sebagai bentuk kontribusi nyata dalam pengabdian kepada masyarakat melalui edukasi lingkungan berkelanjutan. Pelaksanaan kegiatan berlangsung pada Minggu, 27 Juli 2025 di area terbuka dekat sumber air Desa Bringin. Kegiatan dihadiri oleh perangkat desa, Gapoktan dan kelompok PKK. Program ini dibimbing langsung oleh Bu Eka Nurwahyuni S.Pt., S.P selaku Dosen Pembimbing Lapang dan diikuti oleh 16 mahasiswa KKN dari lintas program studi. 

Program edukasi dan praktik Burger Composting dilaksanakan dengan metode penyampaian materi dan demonstrasi lapangan. Sesi pertama dibuka dengan penyampaian latar belakang pentingnya pengolahan limbah organik dan penjelasan tentang konsep Burger Composting oleh tim KKN. Warga diajak memahami bagaimana sampah yang semula dianggap tak berguna bisa diubah menjadi kompos bernilai tinggi yang menyuburkan tanah dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Dalam praktik lapangan, mahasiswa memandu peserta menyusun Burger Composting secara langsung. Lapisan demi lapisan limbah kering dan basah disusun seperti burger, terdiri dari: * Lapisan dasar: Limbah Jamur Tiram * Lapisan organik kering: daun kering * Lapisan organik basah: sisa dapur, kotoran hewan * Aktivator mikroba: EM4 dan molases Seluruh lapisan ini disusun secara berulang dalam jaring yang berbentuk melingkar dengan diberikan pipa di bagian tengahnya untuk membantu sirkulasi udara ke dalam tumpukan kompos yang memiliki fungsi untuk mempercepat dekomposisi, mengurangi bau tak sedap dan juga mengontrol kelembapan. 

Gambar  2. Sambutan Kepala Dusun Bringin 
Gambar  2. Sambutan Kepala Dusun Bringin 
Menurut Khanifudin , Kepala Dusun Bringin yang ikut dalam kegiatan ini, "Ini merupakan suatu inovasi terbaru yang pertama kali saya lihat, mungkin untuk kedepannya saya tidak bingung lagi untuk mengolah limbah jamur di rumah." Sementara itu, Koordinator Desa KKN, [Maya Berlinda Putri], menjelaskan bahwa program ini tak hanya bertujuan menyelesaikan masalah limbah, tetapi juga meningkatkan kesadaran ekologis warga serta menyediakan pupuk organik yang bisa digunakan untuk pertanian warga sendiri. 

Gambar  3. Praktik Pengolahan Burger Komposting 
Gambar  3. Praktik Pengolahan Burger Komposting 
Pada sesi praktik, warga sangat antusias mengikuti langkah demi langkah penyusunan tumpukan kompos. Mereka bergantian memasukkan bahan-bahan organik ke dalam komposter sembari diajarkan takaran air dan aktivator yang tepat. Mahasiswa juga menjelaskan bahwa rasio ideal antara bahan karbon (C) dan nitrogen (N) adalah seimbang agar hasil kompos optimal. Setelah semua lapisan tersusun dan disiram aktivator, warga diajak untuk memahami proses yang akan terjadi selama beberapa minggu ke depan. Mahasiswa KKN menjelaskan bahwa kompos akan mengalami proses dekomposisi selama kurang lebih 3 hingga 4 minggu, tergantung pada kelembapan, suhu, dan jenis bahan yang digunakan. Meskipun hasil akhir kompos belum dapat langsung dilihat pada hari itu, warga diberi penjelasan mengenai ciri-ciri kompos yang matang, antara lain: * Berwarna cokelat kehitaman, * Teksturnya remah dan tidak menggumpal, * Berbau tanah segar (tidak menyengat), * Tidak lagi terlihat bentuk asli dari bahan organik awal. Mahasiswa juga memberikan tips perawatan kompos selama masa dekomposisi, seperti menjaga kelembapan, tidak membiarkannya terlalu kering atau terlalu basah, serta memastikan pipa aerasi tetap terbuka agar udara dapat bersirkulasi. Sesi ini menjadi momen penting, karena warga mulai menyadari bahwa solusi atas masalah limbah ternyata sangat bisa dilakukan dari rumah masing-masing, tanpa memerlukan teknologi mahal atau lahan yang luas. (27/7/2025)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun