Mohon tunggu...
Evrisya Glorys
Evrisya Glorys Mohon Tunggu... -

Seorang sarjana Psikologi, lulusan Universitas Sanata Dharma ditahun 2013.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pernikahan Tak Selevel, Awal dari Prahara Rumah Tangga?

7 Februari 2018   10:43 Diperbarui: 7 Februari 2018   12:30 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.pesisirnews.com

Sepasang suami istri lagi berantem. " ini tuh gara-gara kita nggak selevel sih jadi kamu nggak bisa memenuhi kebutuhanku !"Kurang lebihnya begitu. Pertanyaannya, apa harus selevel untuk bahagia? Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak. Benar sih suatu hubungannya itu harus disadari rasa cinta, saling menerima, dan mengerti. Akan tetapi, kalau levelnya terlalu jauh apa nggak buat rumah tangga yang seharusnya harmonis malah jadi seperti arena perang. Tiap ada masalah dikit, ungkit-ungkit latar belakang yang nggak sama lah, kondisi keuangan yang nggak selevel lah. Kan repot ya ! 

Ada banyak kriteria yang bisa disamakan levelnya, atau kurang lebih sama. Misal, latar belakang pendidikan, ekonomi, keluarga, dan lain sebagainya. 

Hal-hal kayak gini yang harus dipikirkan, nggak asal cari pasangan. Setidaknya dengan level pendidikan yang selevel atau kurang lebih sama, pasangan bisa berdiskusi dengan baik alias bisa saling mengimbangi. Lha kalau terlalu njomplangkan repot. Mau diskusi pasangannya nggak ngerti. Repot kan ?? Atau yang lebih kompleks kalau latar belakang sosial ekonomi yang tidak selevel. 

Gaya hidup yang berbeda jauh membuat masalah dalam rumah tangga. Sebagai contoh , semisal si istri adalah anak orang kaya yang terbiasa hidup berkecukupan menikah dengan suaminya yang dari keluarga biasa saja. Ketidakmampuan suami untuk mengimbangi gaya hidup si istri yang sudah terbiasa tercukupi tapi harus hidup ngepas,bisa jadi prahara dalam rumah tangga. Selain itu, misal pada latar belakang pendidikan yang tidak selevel jadi awal masalah rumah tangga dalam pola asuh atau pengambilan keputusan. 

Meskipun demikian, ini tidak bisa disamaratakan. Ada pasangan yang bisa bertoleransi pada pasangannya yang tidak selevel dengannya. Intinya rumah tangga bukan semata masalah cinta yang melulu pakai emosi. Rumah tangga juga harus pakai logika. Benar, semua bisa berproses. Namun, alangkah lebih baik kalau kita bisa mencari pasangan yang selevel dengan bijak. Nggak mungkin kan cerai hanya karna merasa tidak selevel dalam beberapa hal. Sebab, level itu bisa dicari kesetaraannya sebelum memutuskan untuk berumah tangga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun