Baru-baru ini kita dihebohkan dengan adanya kenaikan harga BBM. Dampak kenaikan BBM ini memang cukup signifikan karena mempengaruhi segala sektor termasuk kenaikan harga barang dan jasa. Tentunya hal ini menuntut kita khususnya para ibu rumah tangga untuk pintar mengatur keuangan keluarga agar tidak terjadi besar pasak daripada tiang terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan pokok.
Memenuhi kebutuhan pokok melalui pasar tradisional yang kini disebut dengan pasar rakyat adalah salah satu alternatif bagi para ibu rumah tangga. Mengapa begitu? Karena pada pasar rakyat kita bisa melakukan kegiatan tawar-menawar yang dapat menekan pengeluaran. Di sini kita bisa mendapatkan barang dengan harga murah yang tentunya berimbas pada penghematan biaya sekaligus juga memberikan keuntungan bagi pedagang. Inilah yang disebut dengan keunggulan komparatif yang hanya dimiliki oleh pasar rakyat. Pasar rakyat merupakan tempat terjadinya interaksi sosial antara pedagang dengan pembeli maupun antar pedagang itu sendiri maka tak jarang selain melakukan transaksi jual beli, di pasar rakyat dapat terjalin suatu ikatan sosial yang dapat menghubungkan satu orang dengan lainnya.
[caption id="attachment_382343" align="aligncenter" width="640" caption="Pasar Rakyat di Desa Bojonggede"][/caption]
Hanya saja ada satu keunggulan yang belum atau tidak dimiliki oleh pasar tradisional yaitu keunggulan kompetitif mencakup kebersihan, kenyamanan, kualitas pelayanan, kepastian ukuran, keamanan, serta kehygienesan barang yang diperjual belikan. Apabila keunggulan komparatif yang hanya dimiliki oleh pasar tradisional tidak diimbangi oleh keunggulan kompetitifnya maka bisa jadi keberadaan pasar tradisional akan hilang karena kalah bersaing dengan pasar modern yang mampu memberikan kualitas lebih bagi pelanggannya.
Mengacu pada hal tersebut, di Kabupaten Bogor terdapat salah satu pasar yang sebenarnya berpotensi untuk dikembangkan. Pasar tersebut adalah pasar desa yang terletak di Desa Bojonggede Kecamatan Bojonggede. Pasar Bojong, begitu masyarakat menyebutnya, merupakan pasar desa karena menurut kriteria yang tercantum pada hierarki pasar termasuk dalam pasar kawasan 30.000 penduduk dengan kebutuhan luas tanah sebesar 13.500 m2 [1]. Pasar yang dikelola oleh pengelola pasar tingkat desa ini menjadi pusat perbelanjaan yang menjual keperluan sehari-hari seperti sayur-mayur, daging dan ikan, buah-buahan, pakaian, barang-barang kelontong, alat rumah tangga, dan barang dagangan lainnya. Lokasinya juga sudah sesuai dengan kriteria pasar desa yaitu berada pada jalan utama desa yang mengelompok dengan pusat desa serta mempunyai terminal kecil untuk pemberhentian kendaraan.
[caption id="attachment_382344" align="aligncenter" width="640" caption="Pasar Desa Bojonggede"]


Jika ditelaah lebih lanjut, Pasar Bojong memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan menjadi pasar maju, diantaranya adalah dekat dengan terminal angkutan kota (angkot) serta stasiun kereta yaitu Stasiun Bojonggede. Stasiun Bojonggede merupakan salah satu stasiun dengan jumlah penglaju terbanyak. Para penglaju yang kebanyakan merupakan pekerja di Jakarta ini hampir setiap hari melewati pasar desa ketika hendak ke stasiun. Hal ini berpotensi untuk menjaring pembeli sehingga pedagang tidak perlu kesulitan mencari konsumen. Selain itu letaknya yang jauh dari pasar lainnyamembuat masyarakat di sekitar desa lebih memilih untuk berbelanja di pasar tersebut guna menghemat waktu dan biaya.
Kondisi itu sebenarnya dapat mendorong Pasar Bojong menjadi pasar ideal yang dapat memberikan manfaat bagi konsumen, pedagang, maupun pemerintah desa yang pada akhirnya dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi desa. Menurut Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, pasar yang ideal dan maju harus memenuhi 7 kriteria yaitu [2]:
- Pasar harus sehat, bersih dan tidak membahayakan konsumen
- Tertib hukum, misalnya dengan tidak memainkan besar kecilnya timbangan yang membahayakan konsumen
- Pasar menjual produk dalam negeri, mendukung peran lokal dibanding asing, dan meningkatkan kapasitas produksi sendiri
- Peduli dan melindungi konsumen, contohnya adalah peduli pada ibu hamil, penyandang cacat maupun manula
- Pasar mampu melestarikan lingkungan di sekitarnya
- Mampu menjaga identitas budaya
- Pasar harus bisa meningkatkan pendapatan atau omzetnya
Hanya saja kondisi pasar yang terletak di jalan raya desa dengan jumlah penduduk sebanyak 53.185 kepala keluarga dan memiliki luas 27,25 km ini [3] masih jauh dari kriteria pasar ideal. Ketika pembeli menginjakkan kaki di Pasar Bojong, maka kesan pertama yang terlihat adalah kondisi pasar yang kumuh, becek dan belum tertata rapih terutama pada sistem drainase serta pengelolaan sampah. Dari depan pasar saja kita sudah dapat melihat kebersihan dan kesehatan pasar ini kurang terjaga padahal letaknya dekat dengan sekolah dasar (SD). Tentunya kondisi tersebut dapat mengganggu kesehatan anak-anak maupun para pedagang dan pembeli itu sendiri. Selain itu di depan pasar marak dengan kehadiran pedagang kaki lima (PKL) yang mengganggu jalannya arus lalu lintas dari dan menuju stasiun. Bila pagi hari tiba maka lokasi ini sudah menjadi langganan macet dan yang lebih membahayakan lagi adalah kondisi lalu-lalang kendaraan pada jalan ini juga turut membahayakan anak sekolah ketika hendak menyebrang ke sekolahnya.
[caption id="attachment_382348" align="aligncenter" width="640" caption="Kondisi di depan pasar, drainase kurang terawat, masih ditemukan sampah berserakan"]




Bila kita telusuri lebih jauh ke dalam pasar belum semua pedagang terzonasi dengan baik berdasarkan jenis barang yang ditawarkan. Pasar yang memiliki jumlah kios lebih dari 90 ini memang belum tertata rapih meskipun sudah lama berdiri. Barang dagangan berupa sayur-mayur, sumber protein seperti ikan dan daging bercampur dengan barang dagangan lainnya seperti pakaian, makanan maupun sembako. Selain itu meskipun Bojonggede terkenal dengan potensi buah lokal yaitu jambu biji dan belimbing, nyatanya pasar ini belum bisa menampung hasil bumi para petani yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi desa. Kebanyakan para petani menjual hasil bumi mereka ke daerah tetangga seperti Pasar Citayam atau Pasar Bogor yang lebih besar.
[caption id="attachment_382352" align="aligncenter" width="640" caption="Belum semua barang dagangan terzonasi dengan baik"]


Kondisi ini sebenarnya hampir sama dengan pasar lainnya yang ada di Kabupaten Bogor. Pasar rakyat yang dikelola oleh PD Pasar Tohaga selaku badan usaha milik daerah (BUMD) juga masih dalam kondisi yang membutuhkan perhatian dari semua pihak. Dari 24 pasar yang dikelola oleh Pasar Tohaga, hanya satu pasar saja yang mendekati kriteria pasar ideal. Meskipun begitu bukan berarti pemerintah berdiam diri saja, pasar-pasar yang ada di sekitar Kabupaten Bogor sudah beberapa kali mendapatkan dana stimulus baik dari pemerintah pusat maupun provinsi yang digunakan untuk memperbaiki infrastruktur pasar termasuk Pasar Bojong meskipun pembiayaan dalam hal perawatan tetap berasal dari pemerintah desa.
Lalu bagaimanakah cara memajukan pasar rakyat khususnya Pasar Bojong? Karena pasar tradisional adalah pasar rakyat maka semua pihak harus terlibat didalamnya baik para pedagang, pembeli, pemerintah maupun pihak swasta agar pasar rakyat menjadi pasar maju yang ideal. Berikut adalah beberapa gagasan untuk membentuk Pasar Bojong menjadi pasar desa ideal yang mungkin juga dapat diterapkan pada pasar lainnya:
Melakukan penataan kembali dengan membentuk zonasi berdasarkan produk yang diperjual belikan.
Pasar Bojong yang memiliki dua lantai ini sebenarnya mudah untuk dilakukan penataan kembali sekaligus membentuk zonasi berdasarkan barang yang diperjual belikan. Produk segar seperti sayuran, buah-buahan, daging dan ikan bisa diletakkan pada lantai bawah dengan penataan yang baik. Sementara barang dagangan kering seperti pakaian, makanan, alat-alat rumah tangga, dan barang dagangan kering lainnya dapat diletakkan di lantai atas agar kualitas barang terjaga dengan baik.
Menata pasar menjadi bersih dan nyaman melalui kerja sama dengan dinas atau instansi terkait seperti Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Perindustrian maupun pihak desa.
Pada beberapa sisi pasar dapat diberikan tempat sampah agar para pengunjung tidak membuang sampah sembarangan dan para pedagang diwajibkan mengumpulkan serta mengelola sampahnya sendiri sebelum dibuang ke tempat sampah pasar.
Jika kios-kios sudah rapih dan nyaman kemudian arahkan para PKL agar menempati kios-kios yang sudah disediakan.
Langkah ini merupakan salah satu cara untuk mengurai kemacetan sekaligus mengarahkan para pembeli agar mau memasuki pasar. Diharapkan pengelola pasar tegas dalam menertibkan PKL supaya tidak kembali berjualan di jalan yang dapat mengganggu ketertiban umum.
Melakukan pembinaan dan pemberdayaan pedagang.
Pembinaan untuk para pedagang diantaranya dengan memberikan pendidikan atau pelatihan mengenai pelayanan prima dalam rangka mencapai kepuasan konsumen, pelatihan pengemasan barang terutama untuk produk segar yang ramah lingkungan, penataan barang dagangan serta kehygienesan produk yang dijual. Sedangkan pemberdayaan lebih ditekankan dalam menjaga kebersihan pasar dengan melakukan pengelolaan sampah sekaligus menambah pemasukan para pedagang. Misalnya adalah dengan mengolah sampah organic menjadi kompos yang memiliki nilai jual. Hal ini telah dilakukan di Pasar Cisarua dengan bantuan CSR dari Yayasan Danamon Peduli (YDP). Melalui YDP, Pasar Cisarua telah memiliki rumah pengomposan yang sangat bermanfaat dalam pemenuhan kebutuhan pupuk organik sekaligus mengurangi jumlah sampah setiap harinya. Unit pengolahan kompos di pasar Cisarua ini sudah berhasil mengolah 700 kg–1 ton sampah pasar organik menjadi 300–500 kg pupuk organik setiap harinya [4]. Untuk mencapai hal ini diperlukan kerja sama baik oleh pemerintah, para pedagang maupun pihak swasta.
[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Pengolahan sampah di Pasar Cisarua menjadi kompos. Sumber: www.store.tempo.co"][/caption]
Menjaring partisipasi dari pembeli untuk turut serta menjaga lingkungan pasar dengan mengurangi konsumsi sampah.
Partisipasi dapat dijaring melalui upaya sosialisasi dan edukasi baik oleh para pedagang langsung pada saat transaksi jual-beli agar pembeli dapat mengurangi konsumsi sampah plastik dengan misalnya membawa wadah belanja sendiri. Kedepannya jika upaya ini sudah berjalan, maka perlu diberlakukan peraturan misalnya dengan menambahkan biaya kepada pembeli apabila masih menggunakan kantong plastik dari pedagang.
Mengangkat potensi daerah sebagai daya tarik pasar dan icon daerah.
Bojonggede dikenal sebagai daerah yang menghasilkan buah jambu biji dan belimbing. Apabila potensi ini dikembangkan dan mampu dipasarkan dalam lingkup desa maka aliran pendapatan tidak akan lari ke daerah lain yang dapat mendongkrak perekonomian desa. Upaya pengembangan potensi lokal ini tidak hanya terbatas pada produk segar saja tapi merambah pada jenis olahan yang menghasilkan produk dengan kemasan unggulan. Contohnya terjadi di Desa Dramaga yang menjadi sentra pengolahan buah pala. Usaha ini tidak hanya mengangkat perekonomian masyarakat desa baik pengrajin maupun pedagang, tetapi turut serta membawa desa menjadi terkenal sebagai penghasil olahan pala. Untuk mengembangkan potensi ini diperlukan kerjasama dari berbagai pihak seperti Badan Penyuluhan, Dinas Pertanian, Dinas Koperasi dan Perindustrian, Dinas Kesehatan dan lembaga terkait lainnya.
Membentuk atau mengaktifkan kembali asosiasi para pedagang sebagai wadah pemersatu.
Asosiasi ini bermanfaat sebagai motor penggerak para pedagang terutama dalam melakukan kegiatan pemberdayaan bersama. Melalui organisasi diharapkan rencana yang sudah tersusun mampu dijalankan dengan baik bersama para pengurus maupun anggota-anggotanya yang terdiri dari para pedagang itu sendiri.
Menjalin kemitraan
Keterlibatan pihak swasta dalam mewujudkan pasar yang ideal sangat diperlukan karena keahlian mereka dalam hal memberikan pelayanan kualitas bagi konsumen. Diharapkan kemitraan dengan pihak swasta ini tidak hanya terbatas pada bantuan perbaikan sarana-prasarana serta insfrastruktur saja tetapi juga dalam pengembangan serta perubahan perilaku sumber daya manusia (SDM) agar menjadi lebih baik lagi dalam menangani pasar. Seperti yang telah dilakukan oleh YDP dalam mewujudkan Program Pasar Sejahtera untuk meningkatkan kesehatan lingkungan dalam pasar. Selain memberikan dukungan perbaikan fisik, YDP juga membangun kesadaran warga pasar sekaligus pemerintah daerah (Pemda) dalam perawatan lingkungan pasar. Kemudian untuk mengembangkan SDM, YDP menekankan keterlibatan masyarakat melalui serangkaian kegiatan Komunikasi Perubahan Perilaku guna membangun kesadaran dan komitmen komunitas pasar.
Memberikan award bagi pedagang yang mampu menjadi teladan di lingkungannya.
Pemberian award bagi pedagang yang mematuhi peraturan serta turut menjaga keberlangsungan pasar diharapkan memotivasi para pedagang lainnya untuk melakukan hal yang sama. Melalui pedagang teladan diharapkan menjadi pioneer atau kader secara tidak langsung dalam menyukseskan program pemberdayaan warga pasar.
Gagasan di atas mungkin hanya sebagian dari beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh semua pihak terkait dalam memajukan pasar rakyat. Upaya memajukan pasar akan lebih baik jika disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah agar tidak merusak ciri pasar rakyat di daerahnya. Semua upaya ini diharapkan mampu dilaksanakan secara bersinergi antara pemerintah, pihak swata, para pedagang maupun konsumen secara berkesinambungan karena pasar rakyat adalah milik rakyat yang harus terus dijaga keeksistensiannya.
Referensi:
[1] Istiningtyas, DA. 2008. Analisis Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pasar Tradisional di Kota Bogor. Skripsi. IPB. 127hal.
[2] Fitriya. 2012. Pasar Ideal Harus Penuhi Tujuh Kriteria: Wamendag. www.ipotnews.com. Edisi Senin, 23 April 2012.
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Bojonggede,_Bogor
[4] Mataniari, E. 2012. Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat Kunci Kesinambungan. http://danamonpeduli.org/. Edisi 12 November 2012.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI