Bunga sekuntum tumbuh di taman,
Daun salam elok mahkota,
Assalamualaikum saya ucapkan,
Sebagai salam pembuka kata.
Apa yang ada di benak kita jika mendengar kata pantun? Tentu kita bisa mendefenisikan pantun sesuai dengan pemahaman kita. Misalnya, pantun adalah jenis puisi lama. Atau pantun adalah susunan kata yang teratur dan bernilai seni tinggi dan setiap akhir kata harus berirama.
Definisi-definisi di atas tidak salah. Namun, tidak salah juga kalau kita melengkapi pemahaman kita dengan beberapa referensi lainnya. Misalnya, menurut Edi Warsidi dan Farika (2008:89), pantun adalah jenis puisi lama yang telah dikenal luas dalam berbagai bahasa di Nusantara. Dalam bahasa Jawa, pantun disebut dengan Parikan, dalam bahasa Sunda pantun disebut dengan Paparikan, sedangkan dalam bahasa Batak pantun disebut dengan Umpasa.
Selain Edi Warsidi dan Farika, Budiono (2010) berpendapat bahwa "Pantun adalah suatu bentuk puisi lama yang khas dari Indonesia". Dalam bahasa Melayu, pantun berarti quatrain, yaitu sajak yang berbaris empat, yang bersajak a-b-a-b. Kadang-kadang ada juga ikatan pantun yang terdiri dari enam ada delapan baris dengan persajakan a-b-c-a-b-c dan a-b-c-d-a-b-c-d. Setiap bait pantun isi pokoknya terdapat dalam kedua baris yang terakhir.
Secara etiomologis, Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata "Pan" yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata "Tun" yang merujuk pada sifat santun. Kata "Tun" dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019). Pantun berasal dari akar kata "TUN" yang bermakna "baris" atau "deret". Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai "Panutun", oleh masyarakat Riau disebut dengan "Tunjuk Ajar" yang berkaitan dengan etika (Mu'jizah, 2019). Jadi, dapat disimpulkan bahwa pantun adalah nasihat yang dituturkan secara sopan.
Pantun biasanya identik dengan suku bangsa Melayu. Namun, tiap daerah memiliki pantun. Di Tapanuli, pantun dikenal dengan istilah ende-ende (Suseno, 2006). Memiliki empat baris dan sering disampaikan saat membuka atau menutup sambutan
Contoh :
Molo mandurung ho dipabu,
Tampul si mardulang-dulang,
Molo malungun ho diahu,
Tatap siru mondang bulan.
Artinya :
Jika tuan mencari paku,
Petiklah daun sidulang-dulang,
Jika tuan rindukan daku,
Pandanglah sang bulan purnama.
Di Sunda, pantun dikenal dengan istilah paparikan (Suseno, 2006)