Mohon tunggu...
Evi Ghozaly
Evi Ghozaly Mohon Tunggu... Konsultan - | Penulis | Praktisi pendidikan | Konsultan pendidikan |

Tebarkan cinta pada sesama, melalui pendidikan atau dengan jalan apapun yang kita bisa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kecelakaan

24 September 2019   06:54 Diperbarui: 24 September 2019   07:21 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

- Al-Tsaur, dari beberapa sahabatnya, beliau berkata: "Tiga hal yang merupakan bagian dari kesabaran yaitu engkau tidak membicarakan tentang kepedihanmu, tidak pula tentang musibah yang menimpamu, dan tidak menganggap dirimu suci" -

Mungkin kalimat itulah yang seketika saya ingat kemarin, saat mobil kami mengalami kecelakaan. Kondisi jalan depan sekolah Al Kaustar yang krodit, membuat para pengemudi tak stabil menyetir. 

Kadang lambat merayap, begitu jalanan kosong ngegas keras. Sore pkl 16.40 tiba-tiba makbrug, saya terpental dari kursi. Kepala menatap jok depan yang diduduki adik bungsu saya. Aby yang pegang kemudi, otomatis menginjak rem. Nabrak mobil depan.

Allah yahfadz, hanya saya yang menjerit. Mobil depan dan Aby minggir. Lalu sekian detik kami terdiam. Schok, sangat. Saya lihat seorang bapak turun, wajahnya tegang setengah marah. Spontan saya ingat, suami saya adalah pendekar bela diri Kera Sakti. 

Sebelum kami menikah, dia sudah jadi Koheng, tingkatan tertinggi disana. Meski sepanjang pernikahan saya tak pernah melihatnya marah, tapi saya tahu, saat tertentu tangannya bisa mengepal. Dan ini bahaya. Saya langsung memeluknya dari belakang, "Bismillah. Semua akan baik-baik saja nggih, Ab. Mengalah nggih. Sabar nggih". Beliau tertawa kecil, ah alangkah indah tawa itu.

Selesai. Mobil diderek ke bengkel. Saya tak kuasa menceritakan semua detail, mengerikan. Dengan tertatih kami sampai rumah. Wudlu, sholat. Membaca yasin bersama, lalu tahlil dan berdoa untuk kedua orang tua. Bisa jadi shadaqah saya kurang hari ini, atau doa untuk kedua orang tua yang terlupa. Allah menegur, bisa jadi.

Setelah itu, saya baru bisa menyandarkan punggung. Baru merasakan sesak yang sangat, trauma yang menekan. Saya menangis terisak. Sedih tiada tara. Sedih, sangat. Setelah reda, saya menghubungi tiga sahabat: orang-orang terkasih yang saya yakin bisa menenangkan, juga mendoakan saya. Ya, hanya pada ketiganya. Bahkan pada keluarga Malangpun saya tak berkabar. Mungkin, ngendikan Al-Tsaur diatas yang saya ingat.

Ba'da maghrib puluhan WA saya terima. Mungkin berita telah tersebar. Semua menanyakan kondisi saya, menghibur, mendoakan dan menawarkan bantuan. Prof. Axa dan Prof. Nanik menawarkan pasukan dan mobil, Gus Fawaiz dan Ning Nadz tak henti mengirim gambar waru merah dan doa, Ms.Nina terus memeluk dari jauh. Juga kalimat peneduh dari banyak sahabat. 

Tiga pondok pesantren bahkan mengirimkan video saat para santri sedang mendoakan saya. Saya meraba kepala, pusing yang sangat, tiba-tiba melayang entah kemana. Saya tersenyum, lega. Ah betapa banyak cinta untuk saya...

Kecelakaan. Ya, ini baru kecelakaan mobil, sudah membuat saya demikian terpuruk, meski hanya sekian menit. Lalu, berapa kali saya kecelakaan lisan, berbicara yang melukai orang lain? Berapa kali saya telah salah menafsir lalu menuliskannya dalam status dan komen nylekit? Berapa kali dalam sehari saya mengalami kecelakaan duga, suudlon dan menyangka buruk entah apa pada orang lain? Mengapa saya tak pernah bersedih untuk itu?

Ba'da subuh ini saya intropeksi, lagi. Introspeksi yang kadang berbuah kesadaran sesaat saja, lalu kembali mengulang kesalahan yang sama. Tapi ijinkan saya menuliskannya untuk Risalah Hati Ning Evi Ghozaly ya, sebuah rubrik yang disediakan web MU untuk saya berbagi isi kepala dan isi hati :D

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun