Mohon tunggu...
Evaristus Cahya
Evaristus Cahya Mohon Tunggu... Guru - Menulis bagian dari hobiku.

Belajar kapan saja, di tempat manapun juga, dan sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mikul Dhuwur Mendhem Jero

17 April 2021   08:58 Diperbarui: 17 April 2021   09:07 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar, sumber dari : Tribrata news.

Hari menunjukkan pukul 06.21 WIB. Aku buka pintu mobil tuaku untuk menuju ke Pasar Gatak Ganjuran Bantul. Kebetulan pagi itu aku berada di dusun Gunungan dekat dengan pasar tersebut. Menengok orang tuaku setiap beberapa bulan sekali kulakukan sebagai wujud baktiku pada orang tua yang telah memberikan seluruh harapan dan aku bisa mandiri hidup di kota lain yaitu Salatiga.

Oya, perjalananku menuju pasar hanya sepuluh menit. Ditemani dinginnya AC mobil tuaku supaya kaca mobil tidak ngembun akibat turun hujan. Sampai di pasar aku langsung menuju ke ibu yang jualan sayuran mateng, lauk pauk berbagai macam pilihan untuk keperluan makan kami di rumah simbah ( orang tuaku).

Selanjutnya, aku terhenti di suatu tempat di mana ada seorang ibu yang agak sepuh jualan bakmi (istilah kami mie lethek). Wow... sepertinya enak sekali. Maka sejurus kemudian aku bilang sebungkus berapa? Dan ternyata mau beli berapa saja boleh, kata beliau. Aku pun langsung bilang beli Rp 2000,00 Bu dan jumlahnya 20 bungkus ya.

Sambil menunggu dibungkuskan bakmi khas Pasar Gatak, aku pun bertanya pada ibu tersebut. Berangkat pukul berapa, asal dari mana, berapa lama jualan, putranya berapa dan percakapan ringan lainnya. Yang membuatku kaget beliau pun cerita dengan senang dan komunikatif. Dari usia kira- kira 55 tahunan. Memang sih terlihat lebih sepuh daripada usianya.

Ternyata beliau memiliki dua putra.  Saat ini keduanya kuliah semester akhir dan semester 6 di salah satu universitas negeri yang ada di Yogyakarta. Hebat... pikirku dalam hati. Seorang ibu yang berjualan bakmi di pasar ternyata memiliki putra yang cerdas dan kampusnya pun negeri. Ternyata kehidupan seorang ibu yang sederhana, prasojo, dan jualan kecil- kecilan bakmi di pasar dapat menginspirasiku tentang makna perjuangan dalam mendidik anak bisa sekolah di kampus kebanggaan setiap orang tua. Tak lain bisa menyekolahkan di salah satu universitas negeri di Yogyakarta.

Ingat, siapapun  boleh sukses, maka jika kita diberi kelebihan gunakankan dengan bijak dan raihlah masa depan. Buat bangga orang tua kita dan wajib selalu mikul dhuwur mendhem jero.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun