Mohon tunggu...
Eva Nurmala
Eva Nurmala Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan swasta

Saya karyawan swasta yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mendorong Semangat Persatuan di Dunia Maya

26 Januari 2018   07:46 Diperbarui: 26 Januari 2018   08:47 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Medsos - kompasiana.com

Dunia maya memang menjadi tempat yang menyenangkan. Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, internet seakan telah melekat pada keseharian manusia. Internet telah berubah menjadi kebutuhan wajib manusia. Melalui internet, kita bisa mendapatkan apa saja yang kita inginkan. Mulai dari informasi, pertemanan, pekerjaan, hingga aktifitas jual beli pun sudah begitu masif dilakukan di dunia maya. Kondisi ini tentu membuat kita semakin termanjakan dengan kecanggihan teknologi informasi ini. Sayangnya, kemajuan teknologi tidak hanya dimanfaatkan untuk kepentingan positif. Melainkan juga dimanfaatkan untuk kepentingan negatif. Salah satunya adalah penyebaran informasi hoax dan provokasi SARA.

Memang, hoax bukanlah hal yang baru bagi Indonesia. Hampir setiap kejadian selalu saja ada pihak-pihak yang menyelipkan informasi hoax. Mulai berita bencana, duka, hingga berita politik. Tidak jelas apa maksudnya, yang jelas hoax telah membuat negeri ini menjadi sengsara. Masyarakat yang seharusnya bias semakin cerdas dengan informasi yang valid, menjadi sebaliknya karena mendapatkan informasi yang salah. Kerukunan antar warganet yang selama ini begitu indah, bisa berubah menjadi saling hujat, saling caci, hanya karena terprovokasi oleh informasi yang salah.

Memasuki tahun politik 2018 seperti sekarang ini, intensitas hoax dan provokasi di dunia maya diperkirakan akan terus meningkat. Aksi saling hujat diantara pendukung pasangan calon, akan semakin massif jelang waktu pemungutan suara. Di awal Januari lalu saja, salah satu paslon sudah andihantam dengan foto-foto vulgar. Akibatnya, peta politik jelang pilkada di Jawa Timur berubah. Bahkan, di level masyarakatpun, anggapan terhadap paslon yang awalnya positif, bisa berubah menjadi negative hanya karena sebuah foto.

Untuk itulah, tidak hanya kewaspadaan yang perlu ditingkatkan, tapi juga kecerdasan. Warganet harus mampu memilah dan membedakan, mana informasi hoax mana tidak. Warganet juga harus mampu berpikir dengan menggunakan logika, bukan nafsu amarah. Dunia maya yang semestinya menjadi tempat yang menyenangkan, berubah menjadi tempat yang menegangkan karena ujaran kebencian. Isu SARA sengaja dimunculkan untuk membuat ketenangan masyarakat terganggu. Budaya toleran yang awalnya begitu kuat, pelan-pelan mulai terkikis karena provokasi kelompok intoleran dan radikal di dunia maya.

Isu SARA semestinya tidak boleh dilakukan demi mendapatkan simpati publik. Karena dampak dari provokasi SARA itu sangat mengerikan. Aksi persekusi diperkirakan akan semakin marak, jika provokasi ini terus dibiarkan. Bahkan, provokasi juga bisa mengundang kelompok radikal melakukan aksi kriminal, bahkan aksi teror. Untuk itulah, mari kelamatkan dunia maya dari segala bentuk provokasi SARA. Sering-seringlah memasukkan pesan perdamaian, agar bias menyejukkan semua orang. Masukkanlah nilai-nilai kearifan lokal, agar kita terus terjaga dan tidak meninggalkan tradisi budaya.

Mari kita masifkan penyebaran konten yang bisa mendorong terciptanya persatuan dan kesatuan. Bekali diri kita literasi media, agar tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang menyesatkan. Cek riceklah setiap informasi yang sekiranya dianggap masih belum jelas. Stop saling caci maki di dunia maya. Kita adalah orang Indonesia, yang sangat menjunjung tinggi kerukunan dan toleransi antar umat bergama. Menjaga persatuan juga menjadi semangat yang terus menyatu dalam diri warga negara Indonesia. Untuk itulah, yuk kita jaga dunia maya dari segala pengaruh buruk. Apa yang terjadi di dunia maya, bisa merembet ke dunia nyata jika tidak bisa diantisipasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun