Mohon tunggu...
Eva Nurmala
Eva Nurmala Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan swasta

Saya karyawan swasta yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hiasi Pilkada Serentak dengan Narasi Perdamaian

6 Januari 2018   07:30 Diperbarui: 6 Januari 2018   08:26 1292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pilkada Damai - republika.co.id

Baru memasuki minggu pertama bulan Januari 2018, tahun politik sudah mulai memanas. Jelang pendaftaran pasangan calon, beredar foto lama salah satu pasangan calon, yang menjadi perbincangan di dunia maya. Dalam foto salah satu calon wagub ini, terdapat wanita lain yang bukan istrinya. Publik pun mulai bertanya-tanya. Apakah ini merupakan bagian dari upaya menjatuhkan elektabilitas? Menjatuhkan citra positif? 

Atau memamg sebatas peringatan, agar masyarakat bisa menjadi pemilih yang cerdas. Apapun motifnya, foto yang diunggah beberapa hari jelang pendaftaran paslon ini, sulit untuk mengatakan tidak politis. Besar dugaan, ada muatan politis dibalik beredarnya foto salah satu paslon ini.

Dulu, ketika mencalonkan sebagai gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo sempat dihembuskan isu anak komunis. Isu yang sama beberapa waktu lalu, setelah menjadi presiden, isu yang sama kembali dihembuskan. Penyebaran ujaran kebencian, apapun bentuk dan motifnya, memang seringkali mengalami peningkatan jelang momentum politik. Di pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu, ujaran

Kebencian jauh lebih vulgar dari yang dibayangkan sebelumnya. Akibatnya, ketika sentimen SARA dihembuskan, masyarakat begitu mudah diprovokasi. Dan ketika provokasi itu sudah masuk pada logika, maka mereka akan mudah terpapar idelogi radikalisme dan terorisme.

Tak heran jika ketika sentimen SARA muncul, provokasi itu begitu mudah merasuki masyarakat. Akibatnya mobilisasi massa secara besar-besaran sempat terjadi, dan berpotensi memicu terjadinya aksi radikalisme dan teror. Dan terbukti, dalam pilkada DKI Jakarta kemarin, upaya-upaya penyusupan untuk membuat konflik di Jakarta ketika itu begitu besar. Bahkan polisi sempat beberapa kali berhasil menggagalkan rencana teror, yang akan diledakkan di ibukota. Inilah yang terjadi, ketika provokasi itu berpotensi memunculkan perilaku intoleran. Sementara intoleransi dianggap bisa mendekatkan diri pada perilaku teror.

Ujaran kebencian yang selalu menghiasai keseharian dan suasana pilkada, harus segera disudahi. Kita diciptakan manusia bukan untuk saling membenci. Sebaliknya, kita diciptakan Tuhan untuk saling mengenal, saling mencintai, saling menghargai dan saling tolong menolong antar sesama. Dalam Al Quran dijelaskan, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS Al Hujurat : 13)

Dalam upaya saling mengenal itu, Tuhan juga menganjurkan untuk saling menyayangi antar sesama manusia. Seperti yang disebutkan dalam ayat ini, "Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," (QS Al Mumthahanah : 7).

Dengan saling menyayangi, akan memunculkan kedamaian dan ketentraman. Dengan seling menghiasi dengan pesan-pesan damai, akan memunculkan rasa saling menghargai. Dan dengan tetap menjaga persatuan dan kesatuan, maka negeri ini akan tumbuh menjadi negeri yang kuat, masyarakatnya tidak saling bertikai, dan pemimpinnya jujur dan bertanggung jawab. Untuk itulah, mari kita pilih pemimpin yang jujur dan bertanggung jawab, dengan cara-cara yang baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun