Mohon tunggu...
Evana charissa shafa
Evana charissa shafa Mohon Tunggu... Mahasiswa - anak uin malang

cewek yang biasa biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apakah Salah Menjadi Seorang Introvert?

10 September 2022   12:25 Diperbarui: 10 September 2022   12:30 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sudah berapa banyak sih circle pertemanan kita dari kecil?

Ada yang bisa ngitung gak?

Tentu saja pernyataan yang dilontarkan oleh Soerjono Soekanto (2012) sangatlah valid bahwa kunci dari kehidupan sosial adalah berinteraksi dengan sesama karna tak mungkin ada kehidupan tanpa adanya interaksi sosial, tentunya tak akan kuat dan tak akan sanggup jikalau manusia tidak melakukan hal tersebut. Bayangkan saja bagaimana nasib seorang individu yang enggan menjalin pertemanan, Apakah kondisi perkembanggannya baik baik saja? Apakah mampu menerjang segala masalah sendirian?

Istilah populer yang disematkan sebagian orang kepada individu yang mengalami kondisi itu adalah " anak introvert", mungkin sudah tak asing lagi bukan di telinga kalian sepenggal kata tersebut. Lalu apakah hal ini salah atau keliru?, menurut ahli di American Psychological Association introvert cenderung menarik diri, pendiam, tenang, suka menyendiri, dan tak tergesa-gesa / berhati-hati tak cuma itu seorang introvert juga lebih suka bekerja secara mandiri dan tidak mengandalkan orang lain, Sangat disayangkan sekali melihat banyak prespektif orang salah menilai orang introvert dan mencap dengan sebutan pemalu, anti sosial, dan bahkan disebut sebagai orang yang enggan bergaul. Dibalik anggapan yang salah itu introvert sangat berbanding terbalik dengan pemalu, sebab pemalu lebih takut terhadap pandangan / penilaian sosial terhadap dirinya sementara itu introvert lebih ke arah penangkapan stimulasi yang berbeda saja, perlu diketahui stimulasi adalah kegiatan untuk mengoptimalkan diri dengan cara merangsang kemampuan dasar dapat berupa rangsangan suara, visual, sentuhan, dan gerakan.

Penulis sendiri pun sempat mempunyai riwayat pengalaman mempermalukan diri pada saat menduduki bangku sekolah, kejadian awal ini dimulai ketika penulis mendeklarasikan suatu pendapat yang terdengar konyol di depan public dengan secara spontan dan secara tidak sadar, alhasil penulis tidak memikirkan rasa malu yang akan diderita setelah kejadian, tentu saja setelah pendeklarasikan hal konyol tersebut penulis merasa jati dirinya menciut dan berubah 360 derajat, penulis sedikit kesulitan untuk membuka diri bercengkrama dengan banyak orang selain orang terdekatnya. 

Selama kurun waktu 3 tahun banyak pelajaran yang dapat dipetik dari segi negatif atau positif, segi positif yang di dapatkan pada saat itu adalah penulis bisa fokus dalam proses belajar di kelas maupun luar kelas karna penulis tergolong murid dengan gaya belajar visual yang identik dengan tempat yang sepi tanpa ada keramaian, tetapi sisi positif itu hanya angin yang berlalu lalang saja karena kembali lagi ke hakikat manusia sebagai makhlukh sosial yang ingin selalu mempunyai banyak circle dimana mana, memang pada saat itu penulis tidak benar benar sendirian, tetapi jati diri penulis tidak bisa disalurkan secara bebas dan leluasa bagaikan terbelenggu didalam jeruji penjara. 

Lambat laun, seiring dengan bertambahnya usia dan berkembangnya pematangan pendewasaan penulis, kejadian ini berujung sirna dan akhirnya penulis bisa keluar dari zona penuh drama, zona amatir, dan zona penuh kecemasan, sebab hal negatif dari kurangnya pergaulan yang dialami penulis menimbulkan terganggunya psikomotorik dan sulitnya memunculkan rasa percaya diri ke khalayak umum, disamping keberhasilan penulis keluar dari zona itu ada faktor pendukung sebagai obat mujarab yang membuat kejadian ini terjadi yaitu ketika penulis bermukim disalah satu asrama yang notabenya tempat berkumpulnya banyak individu dari segala penjuru dunia yang menuntut penulis untuk mau tidak mau harus bisa beradaptasi dengan keadaan dan berinteraksi untuk menjalin hubungan baru, sejak saat itu penulis bisa merasakan hangatnya suatu komunitas dan kawasan positif untuk mengembangkan diri. 

Dari cerita itu sangatlah berarti bukan arti interaksi antar sesama, kita harus bisa memposisikan diri ketika berada di lingkungan banyak orang dan harus bersikap untuk peduli dan tidak egois karna apabila kita menjumpai kesusahan siapa yang akan menolong kita jika kita tidak mempunyai relasi, introvert juga tak kalah penting disaat kita ingin menyimpan privasi kehidupan kita yang menurut kita orang lain tidak harus ikut andil dalam persoalan itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun