Mohon tunggu...
Lyfe Pilihan

Penikmat yang Cerdas

18 Januari 2018   10:00 Diperbarui: 18 Januari 2018   22:09 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: sripatmi.blogspot.com

Belakangan ini masyarakat Indonesia sedang "dingin" jika menyinggung masalah agama. Seperti yang kita ketahui, beberapa saat yang lalu seorang aktor, Joshua Suherman dituduh menistakan agama. Hal ini dikarenakan lawakannya disuatu stasiun TV saat sedang melakukan stand up comedy. Akibat perkataannya yang menyinggung umat muslim, banyak netizen yang menginginkan agar ia dipenjara.

Bagi saya tidak penting apakah Joshua akan dipenjara atau tidak. Namun yang ingin saya lihat dari kasus ini adalah bahwa saat ini masyarakat Indonesia sedang sensitif dengan perbedaan agama yang ada. Perkataan Joshua yang ditujukan dalam konteks komedi saja diserang habis-habisan, apalagi jika kita mengucapkannya bukan dalam konteks komedi. 

Jaman sekarang tentu sangat berbeda dengan jaman dulu. Saya jadi teringat mantan presiden kita, Gusdur pernah membuat sebuah lawakan yang membahas tentang 3 agama. Inti dari humor tersebut adalah diantara ketiga agama yang disebutnya, agama islamlah yang paling jauh dengan Tuhannya karena jika memanggil Tuhannya menggunakan Toa (pengeras suara). Humor tersebut diterima dengan sangat baik oleh masyarakat serta tidak menimbulkan pro dan kontra. Padahal humor tersebut juga menyinggung masalah agama. Entah apakah saat itu masyarakat Indonesia sedang tidak sensitif dengan masalah agama atau karena Gusdur sendiri beragama islam sehingga ia dianggap tidak mungkin menistakan agamanya sendiri.

Menurut saya pribadi, humor dengan menyinggung masalah agama bukanlah hal yang salah. Akan tetapi, saat ini hal tersebut menjadi "salah" karena keadaan masyarakat yang masih sangat sensitif jika menyinggung tentang perbedaan SARA. Maka dari itu, menurut saya Joshua melakukan hal yang salah karena humornya tidak memperhatikan situasi dan kondisi.

Namun demikian, jika kita melihat kembali dunia hiburan di Indonesia, khususnya dunia komedi, tidak hanya lawakan tersebut yang bisa dipermasalahkan, melainkan ada banyak sekali model lawakan yang tidak mendidik dan bahkan menghancurkan moral bangsa. Misalnya lawakan dengan menghina bentuk tubuh, lawakan dengan kekerasan fisik, dan bahkan dengan unsur pelecehan seksual. Akan tetapi berbagai lawakan tersebut tak pernah dipermasalahkan dan justru malah semakin menjadi-jadi hingga saat ini. Padahal berbagai model lawakan tersebut jelas merusak moral bangsa. Jika Joshua yang hanya menyinggung masalah agama untuk mengundang tawa saja dituntut untuk dipenjarakan, lalu bagaimana dengan mereka yang mengundang tawa dengan merusak moral bangsa?

Dari hal ini, sudah seharusnya kita sebagai penikmat dunia hiburan kembali mengoreksi tayangan-tayangan yang ada. Pasalnya, sebagian besar tayangan yang menjadi trending justru bukanlah tayangan-tayangan yang mendidik, melainkan sinetron-sinetron alay, prank, dan sebagainya. Artis-artis yang booming juga bukanlah mereka yang memiliki prestasi dan karya yang gemilang, melainkan mereka yang kepribadiannya buruk, seperti mereka yang terkena kasus narkoba, video mesum, pelakor (perebut laki orang), dan sebagainya.

Poin utama dari "kebobrokan" dunia hiburan di negeri ini tidak hanya dipicu oleh televisi, melainkan sebagian besar justru menjadi viral ketika sudah merambah ke media sosial khususnya instagram, facebook, dan youtube. Segala bentuk gosip dan berita yang buruk akan langsung memenuhi media-media sosial hanya dalam beberapa jam saja. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat saat ini sangat update dan selalu ingin berpendapat. 

Menurut saya antusias masyarakat yang seperti ini patut diacungi jempol. Akan tetapi, pada kenyataannya banyaknya pendapat masyarakat di media sosial dalam menyikapi kasus-kasus yang ada justru malah mengundang perselisihan dan pertengkaran. Misalnya saja dalam kasus Joshua yang kita bahas diatas. Di media sosial, masyarakat justru saling beradu pendapat dan secara tidak langsung saling "mengkotak-kotakkan" diri. Tak hanya beradu pendapat masalah kasus tuduhan penistaan agama tersebut saja, topik yang mereka bahas justru semakin dalam hingga malah mengkritisi agama-agama yang dianut dengan saling menjelek-jelekkan agama lain dan meninggikan agamanya sendiri. Hal ini berarti masyarakat yang aktif dan antusias tidak selamanya berdampak positif. Maka dari itu, masyarakat harus memilah berita-berita yang akan dikomentari terlebih dahulu sehingga bukan berita-berita yang tak bermutu yang menjadi trending, melainkan berita-berita membanggakan yang memberikan dampak positif bagi seluruh masyarakat kita. Mari kita menjadi penikmat yang cerdas!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun