Mohon tunggu...
Saepudin Zuhri
Saepudin Zuhri Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik

Belajar mendidik diri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Syekh Ali Jaber, Terima Kasih!

14 Januari 2021   17:06 Diperbarui: 14 Januari 2021   17:09 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Wajah yang teduh, senyuman yang indah berhias ketulusan, kata-kata yang lembut tertata. Merupakan kenangan yang selalu tersimpan kepada siapa saja,  yang bahagia saat agama tidak sekedar hafalan quran, tetapi berbuah menjadi akhlak yang penuh dengan keindahan.

Saat caci maki atas nama kebenaran meluber di rimba digital. Engkau Syaikh, semoga Alloh meridhoimu, begitu hati-hati dalam berucap. Lisanmu benar-benar berupaya untuk seindah lantunan ayat suci yang telah melekat dalam diri.

Ketika tontonan permohonan maaf tayang karena sangat terpaksa. Dirimu justru meminta maaf kepada sosok yang justru layak untuk mendapat hukuman. Engkau memohon maaf karena tidak mampu melindungi orang yang justru telah melukaimu.

Disaat begitu mudahnya sebagian kecil orang yang mengaku pendakwah. Menilai rendah orang selainnya, dengan julukan yang tidak pantas. Engkau Syaikh, begitu hati-hati karena tidak pernah tahu hubungan sebenarnya antara hamba dengan Tuhannya.

Bukan hal yang mustahil dibalik kekurangan yang terlihat, justru dua rakaat yang dilakukannya sangat bernilai. Ungkapmu sekali waktu.

Engkau Syaikh, perlakukan siapapun dengan perlakuan baik yang sama. Sungguh, kembalinya Engkau kepada Alloh, menyadarkan kami. Bahwa ketulusan dalam beragama selalu menyentuh hati siapapun.

Kami bukan santrimu dalam arti sebenarnya, hanya senang dan nyaman dengan untaian nasehatmu. Tetapi saat Engkau kembali, hati kami merasa sedih dan kehilangan yang sangat. Padahal sebagian besar kami belum pernah berjumpa denganmu secara langsung.

Namun, ungkapan duka terlahir dari hati kami. Walau hanya dengan status WA, yang tidak pernah ada yang mengomandoi, semua kompak memasang status duka.

Syaikh, tentu Engkau tidak luput dari kesalahan. Tapi, ijinkan untuk menjadi saksi walau tidak pernah bergaul denganmu. Bahwa kebaikanmu terlalu jelas bagi kami. Semoga Alloh melipatgandakan kebaikanmu dan menghapus segala kesalahanmu.

Selamat kembali kepada Yang Maha Abadi, Alloh Robbul Izzati.

Terima kasih telah mengajarkan kami dengan seluruh hidupmu tentang ketulusan, kasih sayang, pemaafan dan kesantunan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun