Perkawinan adalah satu peristiwa yang bersifat sakral. Dalam perkawinan itu Allah ikut serta hadir di dalamnya. Bagi keluarga Katolik, perkawinan itu kudus sebab menggambarkan relasi cinta antara Allah dan manusia dan antara Yesus dan Gereja-Nya. Itulah sebabnya perkawinan Katolik bersifat sakramental. Allah sungguh mencintai manusia. Yesus juga sungguh mencintai Gereja-Nya dan karena itu rela wafat di kayu salib demi Gereja dan manusia seluruhnya. Suami isteri yang membentuk keluarga dan yang melambangkan kesatuan cinta antara Allah dan manusia dan antara Yesus dan Gereja, mesti juga membangun relasi cinta mendalam di antara keduanya.
Keluarga adalah skala kecil dalam Gereja: Keluarga adalah gambar kasih Allah dalam persekutuan manusia. Dalam Ensiklik Familiaris Consortio menyebut secara jelas keluarga sebagai gereja mini (FC 49). Sebutan keluarga sebagai Gereja mini merujuk pada panggilan keluarga yang juga merupakan panggilan Gereja. Dengan kata lain keluarga juga dipanggil untuk membangun Kerajaan Allah dalam sejarah dengan ikut menghayati kehidupan dan misi Gereja. Sejatinya keluarga terdiri dari Bapak, Ibu, dan Anak-anak. Setiap anggota keluarga menjalankan fungsinya masing-masing entah sebagai orangtua maupun sebagai anak.
Dalam mempraktikkan hubungan atau relasi antara keluarga yang dilandasi dengan cinta kasih, seluruh anggota keluarga mesti menunjukkan komitmen. Komitmen untuk mencintai mesti berlangsung selama keluarga ada dan bereksistensi sebagai keluarga Kristiani. Maka kiranya penting untuk menciptakan berbagai kondisi untuk menunjang terciptanya relasi cinta tersebut. Keluarga dikatakan basis pengajar moral yang pertama dan utama bagi seseorang.Â
Salah satu pelajaran moral yang mesti ditanamkan ialah mencintai kehidupan. Zaman sekarang yang semakin maju  banyak orang tidak lagi menghargai kehidupan. Kehidupan tidak lagi disadari sebagai anugerah cuma-cuma dari Allah. Pada dasarnya sikap Gereja terhadap kehidupan ialah membelanya.Â
Sebab kehidupan merupakan rahmat paling besar yang diterima oleh ciptaan dari Tuhan. Sebagai Gereja kecil keluarga pun diarahkan untuk menghargai dan menjunjung tinggi kehidupan. Pendidikan dalam keluarga mestinya diarahkan pada tujuan tersebut. Orangtua sebagai pendidik utama dalam mengarahkan anggota keluarganya untuk mencintai kehidupan.
Keluarga adalah Gereja kecil yang tidak bisa melepaskan diri dari keanggotaan dalam masyarakat. Bagaimana pun juga keluarga adalah bagian dari masyarakat pun sebaliknya masyarakat menjadi bagian keluarga. Keikutsertaan keluarga dalam masyarakat dapat diaktualisasikan melalui kegiatan seperti politik, hukum, dll. Siapa saja keluarga yang mau terlibat dengan persoalan sosial ialah keluarga yang peka dengan realitas sosial disekitarnya. Â Â
Selanjutnya keluarga juga dipanggil untuk ikut serta dalam membangun Kerajaan Allah. Ladang pewartaannya ialah kehidupan manusia itu sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari keluarga diharapkan mampu untuk menghasilkan buah-buah roh. Melalui doa dan kegiatan-kegiatan rohani lainnya. Perutusan Gereja dalam kehidupan ini diarahkan pada panggilan hakiki yakni bersatu dengan Allah atau Kudus. Dengan demikian panggilan keluarga untuk berpartisipasi dalam tritugas Kristus juga merupakan sebuah langkah menuju kesucian.
Untuk itu keluarga sebagai tempat pewartaan Injil terkait dengan upaya keluarga semakin menghayati kehidupan Kristiani yang bermutu. Peran keluarga untuk menanamkan nilai-nilai Injili sangat penting sebab keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi seseorang diperkenalkan dengan hal-hal tersebut. Dan kiranya hal ini perlu bagi Gereja dalam memberikan pembekalan dan perhatian yang mendalam bagi pendidikan dalam keluarga. Â Â
DAFTAR PUSTAKA:
Anggota SEKSAMA Penerbit Katolik Indonesia & Anggota IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), 2012, YOUCAT Indonesia-katekismus populer, KANISIUS: Yogyakarta
Lerebulan, A., 2016, Keluarga Kristiani Antara Idealisme dan Tantangan, KANISIUS: Yogyakarta