Mohon tunggu...
Esnita Sholehah
Esnita Sholehah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia (Pendidikan Masyarakat)

Saya adalah mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia program studi pendiidkan masyarakat. Mempelajari dan mengenal lebih jauh mengenai masyarakat merupakan hal yang menarik bagi saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Heutagogi

3 Desember 2022   22:47 Diperbarui: 3 Desember 2022   23:46 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keberhasilan pendidikan pada suatu bangsa, saat ini sangat ditentukan oleh pendekatan yang digunakan oleh pendidik atau guru dalam menyampaikan materi kepada peserta didik. Pada saat ini, telah banyak pendekatan yang dikembangkan oleh para ahli, baik dengan sasaran anak-anak maupun orang dewasa.

Masing-masing pendekatan tentunya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing masing, termasuk pendekatan yang digunakan oleh pendidik dalam pembelajarannya. Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat seperti terdapat HP dan sebagainya, munculah pendekatan baru yang dikenal dengan istilah heutagogi.

Heutagogi yaitu kerangka belajar mengajar yang cukup baru. Pada dasarnya, heutagogi menjadikan pendidik sebagai fasilitator atau pengontrol jalannya pembelajaran. Pendekatan heutagogi menekankan pada pembelajaran yang berpusat dan ditentukan oleh peserta didik itu sendiri, dimana peserta didik memiliki hak/wewenang penuh dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, proaktif dan menyenangkan bagi dirinya sendiri. Berdasarkan bahasa Yunani, heutagogi artinya yaitu untuk "diri" (Blaschke Lisa Marie, 2012). 

Pendekatan heutagogi memiliki prioritas utama yaitu kemandirian peserta didik di dalam prestasi belajar, menentukan strategi belajar, serta lebih mengembangkan bahan ajar mereka sendiri secara otonom (Sumarsono, 2020). Heutagogi menerapkan pendekatan holistik untuk mengembangkan kemampuan peserta didik, dengan belajar sebagai proses aktif dan proaktif, dan peserta didik berperan sebagai "agen utama dalam pembelajaran mereka sendiri, yang terjadi sebagai akibat dari pengalaman pribadi" (Hase & Kenyon, 2007). 

Pendekatan heutagogi di dalam prores pembelajaran memberikan pengalaman dalam meningkatkan kepribadian, kemandirian dan kedewasaan belajar yang solid. Lisa Marie Blaschke dari Oldenburg University and University of Maryland University College (UMUC) menjelaskan bahwa konsep kunci dalam heutagogi adalah pembelajaran putaran ganda (double-loop learning) dan refleksi diri (self-reflection) (Argyris & Schn, 1996, seperti dikutip dalam Hase & Kenyon, 2000).

Adanya double-loop learning ini menjadikan pendekatan heutagogi tidak hanya berbicara tentang keterampilan, tetapi memberikan pengalaman bagi peserta didik mengenai bagaimana memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga menghasilkan kemampuan dalam mengambil tindakan yang efektif, serta dalam merumuskan dan memecahkan masalah. Menurut Narayan, V. dan Herrington, J (Mohammad et al., 2019) pendekatan heutagogi terdiri dari:

  • Kurikulum terbuka (fleksibel) yang mengakui sifat pembelajaran mengalir secara alami.
  • Peserta didik sebagai penggerak dalam menentukan jalur pembelajaran, konteks, aktivitas, dan perjalanannya. Bukan hanya pendidik yang memiliki tugas seperti itu.
  • Peserta didik dilibatkan dalam desain penilaian untuk dapat menerapkannya di dalam konteksnya.
  • Belajar bersifat kolaboratif.
  • Pembinaan dan kerangka disediakan untuk peserta didik bila diperlukan.
  • Pertanyaan yang diarahkan oleh peserta didik memberikan kesempatan untuk kolaborasi antara pendidik dan peserta didik sehubungan dengan konten dan proses.
  • Pelajar membuat konten yang relevan secara kontekstual sesuai dengan pengetahuan dan kebutuhan belajarnya.
  • Mendorong praktik reflektif untuk pembelajaran yang mendalam melalui: jurnal pembelajaran; pembelajaran berdasarkan pengalaman atau penelitian tindakan dalam konteks dunia nyata; dan penilaian formatif dan sumatif dengan pandangan 'penilaian untuk pembelajaran' untuk memancing pemikiran dan refleksi.

Pendekatan heutagogi merupakan perkembangan dari pedagogik ke andragogi. Peserta didik dalam menjalankan pendekatan heutagogi ini akan lebih mandiri, sedangkan peserta didik yang memiliki pemahaman yang kurang membutuhkan lebih banyak mendapatkan bimbingan dari pendidik. Heutagogi menekankan pada realisasi, dengan menekankan keterlibatan peserta didik sebagai fokus utama yang memiliki otonomi penuh dalam pembelajarannya.

Sejak munculnya virus Covid-19 di Indonesia, pemerintah di Indonesia telah melakukan banyak cara untuk mencegah penyebarannya. Di antaranya adalah dengan dikeluarkannya surat edaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Direktorat Pendidikan Tinggi No 1 tahun 2020 perihal pencegahan penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) di perguruan tinggi. 

Surat edaran tersebut berisikan instruksi dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan kepada pihak perguruan tinggi untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh dan menyarakan kepada para mahasiswa untuk melaksanakan proses pembelajaran dari rumah masing-masing. Berbagai skenario proses pembelajaran dilakukan oleh berbagai perguruan tinggi agar pelaksanaan proses pembelajaran dapat dilakukan dengan meminimalisir kontak langsung antara mahasiswa dengan dosen, ataupun mahasiswa dengan sesama mahasiswa.

Sehingga proses proses pembelajaran lebih banyak dengan memanfaatkan berbagai teknologi digital. Hal ini memungkinkan dosen dan mahasiswa berada di tempat yang berbeda selama proses pembelajaran. Sehingga ini memungkinkan adanya pergeseran paradigma dalam pembelajaran. Perguruan tinggi yang selama ini melaksanakan pendidikan dengan paradigma andragogi harus bergeser kepada paradigma heutagogi yang merupakan pengembangan dari andragogi. 

Tantangan pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi adalah proses pembelajaran yang harus tetap dilaksanakan secara optimal. Hal ini menjadi tantangan karena proses pembelajaran harus dilaksankan secara daring (dalam jaringan) sehingga proses pembelajaran sangat bergantung kepada kuat atau lemahnya jaringan di suatu daerah. Di saat yang sama, tidak semua mahasiswa berada di area yang memiliki jaringan internet yang kuat. Sehingga dibutuhkan teknik dan strategi pembelajaran jarak jauh yang lebih inovatif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun