Saya memanifestasikan imajinasi saya ke dalam gambar dan berkomunikasi serta berkonsultasi kepada pemerintah Indonesia, sampai saya berhasil membuat imej yang disetujui.Â
Setelah itu, saya membuat maket. Dalam membuat maketnya pun saya berkonsultasi kepada pemerintah Indonesia," Edysa menjelaskan proses pembuatan patung tersebut.
Lalu, apakah berhasil membuat patung Soekarno dalam waktu tiga bulan? "Ya, saya berhasil membuat patung Soekarno dalam waktu tiga bulan, sesuai dengan penjanjian pada waktu memenangkan sayembara," kata Edysa. Namun, kemudian ia menjelaskan bahwa rencana peletakan patung ditunda beberapa kali.Â
Prosedurnya sangat kompleks dan membutuhkan waktu yang panjang untuk mengurus izin kepada Pemerintah Daerah Mexico City.Â
Ada komite khusus yang menangani soal perizinan peletakan sebuah patung. Ditambah lagi ada pergantian pemerintahan, sehingga rencana peletakan ditunda dan proses perizinan dimulai lagi dari nol.Â
"Saya hampir frustasi karena itu," kata Edysa, "Saya tahu bahwa Kedutaan Besar RI di Meksiko telah bekerja keras dalam mengurus perizinan. Duta Besar Yusra Khan sangat gigih dalam hal ini, demikian juga Duta Besar Cheppy Wartono."
Mengapa surat izin tidak keluar-keluar? Tak seorang pun tahu. Semua orang berpikir bahwa mungkin karena adanya pergantian pemerintahan, dan semua orang baru dalam pemerintahan yang baru.Â
Namun, ternyata masalah utamanya bukan di situ, melainkan pada komite yang mengeluarkan surat izin. Mereka harus memastikan bahwa patung seseorang yang akan diletakkan di Mexico City haruslah seorang tokoh yang benar-benar penting, terutama tanpa cacat politik.
Dalam proses pencarian informasi tentang Soekarno, mereka hanya menemukan sedikit informasi, dan dari informasi yang sedikit itu, nama Soekarno disangkutpautkan dengan komunisme dan demokrasi terpimpin. Mereka sangat bingung dalam mengartikan kedua istilah tersebut.Â
Sampai akhirnya mereka mendengar bahwa di El Colegio de Mxico ada Programa Studi Asia dan Afrika dan ada dua orang dosen yang ahli tentang Indonesia.Â
Mereka pun mengirim email untuk bertanya tentang Soekarno, politik Soekarno, demokrasi terpimpin, komunisme di Indonesia, dan konflik September 1965. Untunglah mereka bertanya kepada orang yang tepat. Tak lama kemudian, surat izin pun keluar. Semua lega.