Mohon tunggu...
Eko Sutrisno Hp
Eko Sutrisno Hp Mohon Tunggu... lainnya -

Blogger Goweser Jogja, owner Mie Sehati (http://miesehati.com).|.\r\n Anggota komunitas TDA, |.\r\n Blog pribadi http://eeshape.com Blogger Goweser!Runner.|.\r\nhttp://eeshape.com/ |\r\n eko.eshape@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penjahit Itu Membiusku dan .....

3 April 2010   08:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:01 1809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Peserta tebar Virus TDA di Bunderan HI diminta untuk memakai kaos putih dan celana jins", begitu persyaratan yang diminta oleh panitia Milad IV Tangan Di Atas [TDA]. Aku tentu jadi belingsatan, setahuku celana jinsku dalam kondisi tidak laik pakai. "Jangan dipakai dulu celana ini ya pak, pantatnya kelihatan", kata istriku sambil menunjukkan bagian belakang celana jinsku yang sobek. "Kalau robek di dengkul mungkin dikira ABG, kalau ini sih bukan ABG lagi, tapi sok sexy!" Ya sudah, kutinggalkan celana Levisku dan mencoba mencari celana lain yang motifnya mirip jins, dan woila...ketemu deh. Kutemukan sebuah celana yang dalam kondisi rapi diseterika dan modelnya model jins. Langsung kupakai dan akupun meluncur ke Bunderan HI, bergabung dengan teman-teman TDA se Jabodetabek. Katanya sih ada yang dari luar kota, tetapi dalam situasi yang "crowded" tentu aku tidak bisa mengenali lagi yang mana yang Jabodetabek dan yang mana yang non jabodetabek. Aku baru setahun ikut komunitas TDA Bekasi dan baru sekali ini ikut acara komunitas TDA Pusat, jadi belum banyak yang kukenal. Alhamdulillah yang mengenalku lumayan banyak. Dijamin saat ini aku lumayan terkenal karena sukses mengajak puluhan blogger Indonesia dari 15 propinsi berkumpul di acara Amprokan Blogger 2010. Bencana mulai datang ketika habis ke toilet dan kukancingkan rit celana tetapi kemudian ternyata beberapa saat kemudian kutemukan rit itu terbuka sendiri. Ya ampun, aku baru ingat, celana ini memang disimpan dengan rapi oleh istriku karena ritnya cacat. Aku langsung saja ngacir pulang dari rombongan demo tebar virus di Bunderan HI. Kebetulan LiLo juga ingin cepat pulang karena ada janji dengan acara TiVi di rumah. Cukuplah sudah aku memperkenalkan LiLo pada komunitas tangan di atas ini dan aku segera tancap gas menuju Cikarang. Namanya rejeki, aku langsung ketemuan sama penjahit keliling di depan rumah. Kupanggil dia dan kuserahkan dua celana jins yang bermasalah padanya. "Bisa perbaiki celana jins yang bolong pantatnya mas?", ini pertanyaan retoris yang kupakai sebagai pembuka pembicaraan. Akhirnya akupun larut dalam obrolan bersama sang penjahit jalanan ini. "Sehari pernah gak dapat orderan mas", kata sang penjahit sambil tersenyum "Kalau paling banyak berapa mas orderan mas?", akupun mengimbangi pernyataannya "Bisa sampai 40 potong bahkan pernah lebih. Saat nggak ada yang ngasih order itupun karena hujan mas" "Ooo...pada males keluar ya kalau hujan" "Rata-rata 20-30 order mas" "Sudah berapa tahun jadi penjahit mas?" "Kalau yang model ginian sudah hampir 4 tahun ini. Sebelumnya saya kerja di koveksi" "Mana lebih besar pendapatan dibanding dulu?" "Lebih besar yang ini mas. Dulu di konveksi maksimal sekitar 1 juta 6 ratus per bulan atau 400 ribu per minggu" "Oooo..." "Mesin jahit dan sepeda ini habis 1 juta 3 ratus. Yang mahal mesin jahit dan ongkos lasnya mas" "Oooo..pernah kepikiran buka kios mas?" "Modalnya yang gak ada mas. Setiap hari uang yang masuk langsung habis untuk anak istri" "Oooo...." "Yang besar malah biaya kalau pas sepi order" "Kok bisa?" "Iya mas. Biaya rokok harian rupanya cukup besar" "Ups... rupanya mas ini merokok. Mungkin dia tidak tahu atau tidak peduli dengan masalah halal dan haram rokok ya", begitu kataku dalam hati. Obrolan yang membiusku untuk berdiri menungguin proses menjahit ini akhirnya berhenti karena dengan cekatan semua order yang kuberikan sudah selesai dikerjakannya. Pendapatan per hari kalau kuhitung ada 20 oder kali 5 ribu atau sekitar 100 ribu, dengan demikian gaji bulanan bisa mencapai 3 juta rupiah. Pada saat kelarisan dan ordernya termasuk order di atas rata-rata, maka pendapatan bisa 40 order kali 10 ribu atau 400 ribu, sebulan bisa 12 juta tuh. Banyak juga pendapatan maksimal penjahit ini. Pendapatan itu bisa dicapainya saat menjelang lebaran, bahkan bisa jadi lebih banyak lagi. Sayangnya sebagian pendapatannya disumbangkan pada pabrik rokok, sehingga membuat pemilik pabrik rokok semakin kaya raya dan para pekerjanya atau penikmat rokoknya masih seperti itu-itu saja. Sebaiknya kita memang jangan fokus pada halal dan haram rokok, tetapi bagaimana menciptakan lapangan kerja sebagai alternatif pengganti para pekerja yang menggantungkan hidupnya pada rokok. Aturan buat para perokok sudah bagus, tinggal bagaimana mengawal aturan itu. Buat para penikmat rokok, semoga sadar sendiri akan perlunya mengurangi kebiasaan merokok mereka. Saat ini masih sering terlihat para penikmat rokok yang dengan santai merokok di ruangan ber-AC, bahkan di dalam angkot yang pengappun mereka masih santai merokok. Sang penjahit menyuarakan kepedihannya terbelenggu dengan rokok dan makin gencar merokok saat order sepi. Jadi ironis memang, di saat dia harus berhemat ternyata malah dia harus berboros uang untuk membeli rokok. Penjahit itu membiusku dengan ceritanya dan ternyata dia juga terbius oleh rokok dalam hidupnya. +++ +++ dimuat juga di blog pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun