Mohon tunggu...
Erwin Tanjung
Erwin Tanjung Mohon Tunggu... Guru - Pengamat sosial,pendidikan

- Alumni IKIP Medan 1991 - Penggiat Sosial -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kita Harus Kembali ke Nol

16 Januari 2021   16:26 Diperbarui: 16 Januari 2021   16:27 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://rasanrasan.wordpress.com/

Carut marut tentang berbagai persoalan menghiasi perjalanan negeri ini di awal tahun 2021. Beban persoalan kita semakin berat. perseteruan Kampret dan Cebong masih terus berlanjut. Sama seperti Covid19, Kampret dan Cebong telah bermutasi. Ada Kampret yang jadi Cebong. Begitu juga sebaliknya. Ada Kampret menjadi setengah Cebong. Begitu juga sebaliknya. 

Lihatlah pertarungan di media sosial semakin meruncing. Tak ada yang mau mengalah. Kita sebagai anak bangsa terpecah belah. Cebong merasa di atas angin. Mampu berbuat apa saja. Kadang-kadang seenaknya menghina siapa saja. Seenaknya melapor siapa saja. Seenaknya membully siapa saja. Seakan-akan mereka sekarang di atas angin. Hukum sepertinya berpihak kepada mereka.

Sebaliknya Kampret merasa dalam posisi terzolimi. Tak berdaya. Tak punya kekuatan. Kampret merasa hukum tidak berpihak kepada mereka. Proses hukum cepat bergerak jika mereka salah. 

Sedikit saja kesalahan mereka langsung ditindak. Kampret merasa mati kutu. Hampir pengaduan mereka tentang ketidakadilan yang mereka terima tidak diproses secara hukum. Kampret benar-benar tanpa daya.

Bangsa ini memang benar-benar telah terpecah dua. Dabn kita sangat mudah untuk melihat mana yang pro pemerintah dan mana yang anti pemerintah. Setiap orang yang mengkritik pemerintah di tempatkan pada posisi ANTI PEMERINTAH. Setiap orang yang menjanjung kebijakan pemerintah maka di kelompokkan kepada PRO PEMERINTAH. 

Begitu kentalnyapengelompokkan ini, membuat aparat hukum akhirnya terkesan terseret di arus ini. Maka tak heran kita sikap yang diambil oleh penegak hukum terkesan condong kepada pro pemerintah. Akhirnya kita melihat penegakjan hukum yang yang tidak adil. Terlihat jelas berat sebelah. 

Ini terlihat penangkapan aktivis yang mengkritik pemnerintah. Atau bagaimana perlakuan hukum yang diterima Habib Rizieq Shihab terhadap kesalahan terkait kerumunan massa di masa pandemi dibandingkan dengan hal yang sama duilakukan oleh pihak lain namun kebetulan dalam kelompok Cebong. 

Memang terasa dan kita rasakan bagaimana carut marutnya perpecahan anak bangsa saat ini. Caci maki terus tersebar di ruang maya dan ruang nyata. Sebagai anak bangsa tentu kita sangat prihatin sekali. Apa harus terus dan sampai kapan. Jika ini terus berkelanjutan maka bukan tidak mungkin negeri ini akan terkupak kapik.

Untuk itu perlulah negeri ini untuk berbenah. Anak bangsa di negeri harus rekonsialisasi secara total. Kita harus menata dari awal kembali untuk membangun negeri ini. Harus ada usaha yantg serius untuk membangun semangat kebersamaan rasa cinta tanah air ini. Indonesia ini harus ada dan tak boleh bubar. Harus ada jaminan kita bersama bahwa anak cucu cicit kita tetap mempertahankanj negeri yang kita cintai ini. 

Ini harus kita mulai dari pemimpin tertinggi negeri ini Presiden, tokoh-tokoh bangsa, tokoh-tokoih agama,  pimpinan partai politik,  anggota MPR/DPR dan seluruh anak bangsa. Biarlah masa lalu menjadi catatan kelam negeri ini. Semua itu kita tinggalkan. Mari seluruh anak bangsa duduk bersama untuk menyususn kembali konsep berbangsa dan bernegara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun