Mohon tunggu...
Erwin Alwazir
Erwin Alwazir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Rayakan Kata dengan Fiksi, Politik, Humaniora dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Syetan Dilarang  Menulis

21 Oktober 2015   12:28 Diperbarui: 21 Oktober 2015   12:28 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Beda itu biasa, Yang nggak boleh itu asal beda dengan motif tertentu. Kalo ini yang terjadi, tak perlu berguru pada seseorang dalam menemukan kebenaran. Sebab kebenaran hakiki itu menurut perkataan hati nurani, bukan mengikuti wejangan Kyai atau ceramah politisi. Biasanya hati nurani tak pernah bohong. Di ruang inilah Tuhan menjadikannya sebagai lumbung kebenaran. Ambilah dari sana kebenaran itu. Tak usah mencari jauh-jauh hingga ke tanah maghribi atau ke negeri  yunani tempat bersemayamnya dewa-dewi.

Soal menekspresikan kebenaran mediumnya beraneka rupa kita sepakat. Yang suka menulis, silahkan ekpresikan kata hati dengan sejujurnya. Kalau nggak suka makan roti cetuskan saja dengan tulisan. Nggak suka korupsi dan segala variansnya katakan saja dengan jujur. Tak usah mengalihkan isu dengan alasan membosenkan, tak berguna, tak pandai berdebat atau diskusi. Toh kebenaran tak pernah mengajak kita untuk berdebat atau diskusi. Kebenaran hanya meminta dukungan dari kita lewat pernyataan yang jelas, bukan ambigu.

Kalau hidup masih mendua dalam bersikap, maka syetan akan menertawakan Tuhan. Diangapnya Tuhan gagal mengisi hati manusia dengan kebenaran yang murni, karena nyatanya hati manusia bak barang imitasi. Raga dan jiwa saja yang diciptakan Tuhan, tapi akal dan qolbu, mereka  (syetan) juga) yang mengendalikannya.

Berpijak pada ilmuwan ekelas Darwin, dalam bukunya belum pernah Darwin sekalipun menyatakan pernah mengalahkan syetan, tapi justeru syetan dengan jelas telah  mengalahkan Darwin. Tak perlu berdebat dan diskusi dengan Darwin bagi syetan untuk mengalahkankanya. Cukup menguasai jalan pikiran Darwin dengan tiori evolusinya. Maka bersepakatlah semua agama kalau tiori itu sangat menyesatkan. Hanya mereka yang cara berpikirnya setaraf Darwin saja yang mengangguk setuju. Namun bicara kebenaran itu bukan lagi domain akal. Tanpa petunjuk dari sang kalam, maka kebenaran yang diterima akal belumlah sempurna. Sebab akal tanpa tuntunan bisa menyesatkan. Di sinilah peran syetan mempermainkan hukum akal. Manusia yang terlalu goblok atau terlalu pintar acap kali menjadi korbannya. Mayoritas begitu.

Tapi hebatnya Syetan tahu diri. Walau dia merasa sudah mampu menguasai hati manusia, Syetan sampai saat ini enggan menulis. Dia tak perlu sekolah yang tinggi-tinggi untuk menciptakan buku atau kitab permusuhan. Tak butuh beragam titel untuk menyatakan diri mereka lebih pinter dari manusia. Nyatanya syetan tergoblok pun lebih pinter dari manusia yang dipandang kyai atau ilmuwan sekelas Darwin.

Bukannya syetan tak mau atau tak mampu menulis, tapi memang sudah begitu ketentuannya. Syetan taat azas. Dia tahu tugasnya hanya menggoda dan menyesatkan orang. Di luar itu dia merasa tak layak mendapat peranan. Jadi kalau ada di antara kita yang suka menggoda, mempelintir fakta atau menyesatkan orang, maka tolong jangan salahkan syetan. Jangan suka mencatut namanya, karena urusan catut-mencatut itu wewenang syetan. Kalau kita menyerobot wewenang itu maka kita tak lain syetan itu sendiri. Jadi silahkan menulis, tapi izinkan syetan tetap menjalankan tugasnya sesuai dengan perintah sang khalik.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun