Mohon tunggu...
Erwin Abdillah
Erwin Abdillah Mohon Tunggu... Jurnalis - #KisahDesa

Seorang anak desa yang kembali ke desa.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Di Balik Hobi Jam Mewah Seleb Indo, Ada Apa Sebenarnya?

7 Juni 2020   11:58 Diperbarui: 7 Juni 2020   17:37 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Goerge Clooney sebagai Brand Ambassador Omega, dari: https://www.omegawatches.com/media/gene-cms/a/m/ambassadors_george_slideshow_1_large_1600x900.jpg

Sempat kaget juga ketika seorang teman mengirim tautan video Youtube berisi para artis, eh selebritis tanah air yang pamer koleksi jam tangan mereka. Saya kira demam jam mewah hanya menjangkiti para seleb dari mancanegara, itu pun beberapa memang ditunjuk sebagai brand ambassador, alias karena alasan professional. Dengan kata lain, ketika George Clooney memakai jam tangan Omega, kita bisa tahu bahwa beliau memang brand ambassador-nya. Begitu pula ketika Brad Pitt mengenakan Breitling, itu lazim saja karena memang wajah doi sudah nampang di banyak iklan merk jam yang diproduksi di Swiss itu. Pada dasarnya, para seleb kawakan itu mengenakan sesuatu karena alasan professional (baca: bayaran) disamping alasan fashion. Tentu saja banyak seleb lain yang mewakili merk lain seperti Rolex hingga Tag Heuer.

Nah, yang mengaduk-aduk rasa penasaran saya adalah tren membahas jam tangan mewah para seleb lokal yang dicontohkan oleh komika senior Raditya Dika dengan koleksinya yang senilai 1,5 Miliar Rupiah lebih. Bahkan di suatu kesempatan (video) Radit akhirnya menjual seluruh koleksinya dan membeli satu jam tangan yang nilainya mungkin melebihi Rp600 Juta. Apakah itu ada kaitannya dengan agenda tersembunyi dari pemilik brand untuk mencari pasaran di Indonesia, saya belum yakin. Lalu tak lama kemudian, beberapa seleb mengikuti tren pamer jam mewah itu. Sebut saja Rafi Ahmad hingga seleb Youtube Atta Halilintar. Koleksi mereka tak lepas dari brand besar seperti Rolex. Nyatanya, vdeo mereka ditonton jutaan pasang mata, yang saya yakin sebagian besar adalah orang Indonesia, karena mereka memakai bahasa Indonesia.

Jika para seleb itu dianggap sebagai brand ambassador resmi, saya belum begitu yakin. Mengingat wajah mereka belum pernah saya lihat di campaign yang biasanya nampang di mall-mall besar. Apalagi di media mainstream termasuk majalah-majalah yang jangkauannya nasional. Justeru saya curiga, mereka sedang menciptakan tren. Bahwa untuk dianggap kaya, maka beberapa syarat wajibnya harus ada termasuk jam tangan mewah. Ya, meskipun tidak semua seleb itu paham betul sejarah dari jam-jam yang mereka pakai itu. Mungkin kecuali Raditya Dika yang sempat membahas berbagai merk jam tangan bersama para kolektornya. Yang saya yakin tujuan utamanya bukan untuk jualan (saja) tapi untuk menunjukkan level mereka dari sisi keuangan.

Youtube: Atta Halilintar
Youtube: Atta Halilintar

Joke/Guyonan internal orang Kaya

Nah, kemudian saya bertamu dengan seorang kolektor jam yang bukan seleb dan sama sekali tidak terkenal, sebut saja Om Hong (bukan nama sebenarnya). Ketika saya ceritakan tren itu, beliau hanya tersenyum simpul dan menjelaskan bahwa hal semacam itu sudah ada sejak awal Indonesia merdeka. Bahkan hal itu dilakukan banyak pengusaha di era Bung Karno. Singkatnya, menurut beliau, dengan membuat tren yang dipoles para seleb dengan pengikut jutaan di youtube dengan view yang juga menyentuh lebih dari 1 juta, ada riak yang sedang dibuat di dunia nyata. Sederhananya mereka sedang mencoba menciptakan demand alias permintaan dari mereka yang memantau para seleb itu. Ya, minimal di antara para seleb sendiri. Yang tadinya hanya sibuk bahas tas mahal ratusan juta, mobil mewah, hingga hobi motor miliaran, kini ada segmen baru berupa jam tangan. Yang sialnya, ukurannya kecil, bisa ditenteng kemanapun mereka pergi, tapi harganya sama dengan mobil yang mereka tumpangi.

Pastinya hal itu agak sulit dipahami para pemakai jam tangan di bawah Rp1 Juta seperti saya, tapi nyatanya, itu juga berlaku di level saya, alias kalangan penghasilan UMR. Ketika ada gadget yang harganya setara dua kali gaji, maka barang itu akan jadi hot items. Sebut saja smartphone atau laptop gaming yang masih jadi impian kaum pekerja. Bagi kalangan seleb yang upahnya mencapai 9 digit alias ratusan juta per bulan, hot items mereka juga ternyata di angka 10 digit. Kata Om Hong, strategi marketing itu hanya dimiliki mereka yang memang main di level tinggi, utamanya barang koleksi. Bahkan om Hong sendiri pernah menjual jam tangan Rolex seri President yang diproduksi tahun 80-an dengan bayaran rumah. Itu bagian dari Joke orang kaya, katanya. Orang kaya di level om Hong dan mungkin para seleb sudah tidak membahas uang dari jumlah berapa rupiah, tapi keinginan untuk memiliki. Mirip-mirip hukum barter lah, karena jujur saja, mayoritas mereka sudah tidak butuh uang.

Super Rare Item, Tidak Semua Orang Kaya Bisa Punya

Yang lebih parah lagi adalah ketika para orang kaya ini (lebih parah lagi orang kaya baru) memperebutkan sebuah benda yang langka dan mungkin tidak dibuat lagi. Seperti yang dikatakan Om Hong, bahwa beberapa jam tangan sama sekali tidak diiklankan. Bahkan seperti Patek Phillip, ketika kita punya uang dan ingin membeli, lalu kita mendatangi tokonya, kita belum tentu boleh membeli. Begitu juga merk Richard Mille atau RM, jam super mewah yang pernah dipamerkan Dedy Corbuzier, karena sangat terbatas jumlahnya, bisa jadi hanya dijual kepada para figure yang terkenal saja. Ya bisa dikatakan barang itu tidak untuk sembarang orang, jadi ternyata kaya saja tidak cukup. Edan bukan? Itu sudah jadi bagian dari mereka yang masuk ke 1%, istilah untuk orang super kaya yang jumlahnya hanya 1% dibandingkan seluruh penduduk bumi. Lalu pertanyaan saya ke Om Hong, apakah benar para seleb itu sudah masuk ke kalangan 1% itu? Bukannya mayoritas dari mereka adalah orang kaya baru.

Bagian Dari Bisnis Jam Tangan Mewah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun