Peningkatan produktivitas sudah menjadi tuntutan setiap unit kerja dan hal itu harus dimulai dari ruangan kerja. Ruangan kerja yang bersih dan tertata rapi ikut mendongkrak tercapainya tingkat produktivitas . Maka kini  perkantoran baik pemerintah maupun swasta mulai menerapkan budaya 5S  dilingkungan kerjanya.
Jepang adalah negara yang memperkenalkan dan menerapkan budaya kerja 5S. Diawali dengan penerapan 5S di dunia industri dan saat ini hampir seluruh industri Jepang di dunia menerapkan budaya ini. Maka tak heran budaya 5S ini cepat sekali penyebarannya bahkan saat ini sebagian besar industri  di dunia telah menerapkan budaya 5S. Perkantoran pemerintah pun juga menerapkannya.
5S merupakan sebuah metode penataan dan pengelolaan tempat kerja secara sistematis dan terorganisir dengan pendekatan proses perubahan sikap. 5S adalah suatu metode yang mengharuskan sebuah tim bekerja bersama bagaimana mengelola tempat kerja menjadi lebih sehat, aman dan lebih efisien.Â
5S bukan hanya pekerjaan housekeeping biasa, tetapi juga terkandung makna bagaimana semua pihak berkonsentrasi untuk selalu fokus dalam memenuhi standar yang telah ditetapkan bersama dan selalu tertib atau disiplin dalam mengelola tempat kerja dengan komitmen yang tinggi dan dengan sikap menghargai tempat kerja setiap hari.
Dengan 5S, lingkungan kerja akan lebih sehat dan aman, berkurangnya aktivitas yang tidak perlu, terciptanya gaya kerja gotong royong, menghindari terjadinya frustasi di tempat kerja dan meningkatkan efisiensi.
Mengutip laporan Agen Perubahan Peningkatan Produktivitas dengan Penerapan 5S di Lingkungan Direktorat Bina Potensi Kawasan Transmigrasi, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Â 5S merupakan gabungan 5 kata dari Bahasa Jepang, yaitu Seiri (Sisih), Seiton (Susun), Seiso (Sasap), Seiketsu (Sosoh), dan Shitsuke (Suluh).
Seiri merupakan langkah awal implementasi 5S, yaitu pemilahan barang yang berguna, tidak berguna dan barang yang masih digunakan tetapi dalam jangka waktu tertentu sehingga bisa ditempatkan di temporary area; barang berguna disimpan dan barang tidak berguna dibuang. Barang yang ditempatkan di temporary area bisa digunakan dalam waktu tertentu. Selanjutnya, Seiton adalah langkah kedua setelah pemilahan. Yaitu penataan barang yang berguna agar mudah dicari, dan aman, serta diberi indikasi.
Kemudian, Seiso adalah langkah ketiga setelah penataan. Yaitu pembersihan barang yang telah ditata dengan rapih agar tidak kotor, termasuk tempat kerja dan lingkungan. Selanjutnya, Seiketsu adalah langkah penjagaan lingkungan kerja yang sudah rapi dan bersih menjadi suatu standar  dan budaya kerja.
 Shitsuke sebagai langkah terakhir, yaitu penyadaran diri akan etika kerja. Etika kerja ini mencakup disiplin terhadap standar, saling menghormati, malu melakukan pelanggaran, dan senang melakukan perbaikan.
 PENERAPAN PRODUKTIVITAS DI TEMPAT KERJA
Salah satu lembaga yang menjadi think tank yang mengembangkan budaya kerja 5S di Indonesia adalah Balai Besar Pengembangan Produktivitas  (BBPP) Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Poduktivitas, Kementerian Ketenagakerjaan yang saat ini dipimpin Chaerul Fadly Harahap. BBPP  gencar mensosialisasikan dan menerapkan produktivitas baik di kalangan industri maupun pemerintah.