Sajak Karawang-Bekasi telah  melegenda hingga kini. Maestro sastra Indonesia, Chairil Anwar melukiskan peristiwa pertempuran dahsyat di kawasan tersebut. Tentu lewat puisi ini, generasi kini, dan mendatang akan selalu mengenang betapa heroiknya perjuangan para Kusuma Bangsa ketika itu.
Tak sedikit segala pengorbanan yang telah mereka sumbangsihkan untuk negeri ini. Bahkan nyawa sekalipun direlakan sebagai bentuk pengabdian pada ibu pertiwi.
Adalah Lukas Kustaryo, satu di antara sekian banyak tokoh pejuang yang mewarnai sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sejumlah tokoh, dan sejarawan mencatat militansinya sebagai pejuang tanpa pamrih, berani mati, dan matang strategi.
Ia pernah ada di medan laga pertempuran antara Karawang-Bekasi. Tak sedikit aksi-aksi yang dilakukannya, mengecoh taktik militer tentara sekutu dan Belanda (NICA:Nederlands Indie Civil Administration) antara tahun 1946-1947.
Ia ketika itu bersama pasukannya dari TNI Divisi Siliwangi secara nekat, dan penuh perhitungan menyerang patroli, dan pos-pos militer Belanda. Dibantu rakyat dan laskar Hizbullah, Kapten Lukas, dan pasukannya mengaduk-aduk pertahanan militer, dan persenjataan modern Belanda.
Mereka tak gentar. Mereka terus melakukan aksi sabotase, penyergapan secara mendadak, bahkan pertempuran brutal head to head di kawasan ini.
Bahkan sempat Kapten yang gagah berani, bersama satuannya ini menghancurkan gudang logistik pasukan Belanda, mulai dari Karawang hingga Subang. Pembajakan kereta api yang berisi senjata, dan amunisi, juga kerap menyamar sebagai tentara Belanda sebagai taktik perlawananannya.
Ia kerap mengenakan uniform tentara Belanda usai membunuh tentara itu di arena pertempuran. Tak urung aksi nyelenehnya ini dibalas dengan desingan peluru tiada henti.
Karenanya ia dijuluki oleh pasukan Belanda sebagai Bandit Van Karawang.
Militer Belanda punya alasan atas julukan yang diberikan pada Lukas. Kapten Lukas menjadi orang yang paling dicari di kawasan ini. Mengapa?Sebab untuk masuk ke wilayah Bekasi dan Karawang tidak semudah yang dibayangkan pasukan Belanda.
Pertahanan TNI di perbatasan Jakarta- bekasi sangat kuat. Berulangkali mereka tembus, selalu gagal. Mereka, pasukan Belanda ini, berusaha merangsek, dan masuk melalui tiga jalur. Jalur pertama melalui Cilincing, Sukapura, Tarumajaya, serta Babelan. Jalur kedua, melalui jalur tengah dari Jalan Raya Pantura, Pulogadung, Cakung, dan Bekasi. Sementara jalur ketiga, melalui Klender, dan Pondok Gede.