Mohon tunggu...
ERRY YULIA SIAHAAN
ERRY YULIA SIAHAAN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis, guru, penikmat musik dan sastra

Menyukai musik dan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Covid Sebabkan "Prosopagnosia"?

18 Maret 2023   00:34 Diperbarui: 18 Maret 2023   01:01 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prosopagnosia (Sumber: Lia Koltyrina/Shutterstock)

Dapatkah Covid menyebabkan “kebutaan wajah”?

Demikian judul artikel dalam Psychology Today yang terbit Jumat, 17 Maret 2023.

Pertanyaan itu dilontarkan oleh psikolog klinis, Dr. Andrea Bonior, berdasarkan hasil riset yang belum lama ini diterbitkan oleh jurnal ilmiah Cortex (9 Maret 2023). Penelitian tersebut melaporkan munculnya kasus prosopagnosia pada seorang wanita berusia 28 tahun, Annie, setelah dia terinfeksi Covid-19.

Prosopagnosia (ada yang menyebutnya sebagai “kebutaan wajah” atau “face blindness”) adalah kondisi di mana seseorang tidak memiliki kemampuan untuk mengenali wajah orang yang paling dikenal sekalipun, bahkan dalam kasus ekstrem wajahnya sendiri.

Dilaporkan bahwa wanita tersebut sebelumnya tidak memiliki masalah dalam pengenalan wajah. Munculnya kasus tersebut telah menimbulkan pertanyaan yang memprihatinkan, akankah kasus-kasus serupa bakal muncul seiring banyaknya jumlah orang yang terinfeksi Covid. Juga, bagaimana penjelasan mengenai dampak neurologis dari Covid terhadap penderitanya?

Prosopagnosia (Sumber: Wikimedia)
Prosopagnosia (Sumber: Wikimedia)
Efek pada Otak

Pengaruh Covid pada otak sudah diketahui sejak awal munculnya berita mengenai kasus-kasus infeksi Covid. Dalam banyak kasus, penderita Covid mengalami berkurangnya atau hilangnya kemampuan indera penciuman sebagai gejala yang menonjol. Juga, terjadi masalah pada indera pengecap, daya ingat, gangguan bicara dan bahasa, serta psikologis. Namun, pengaruh Covid pada kemampuan navigasi dan pengenalan wajah, relatif kurang mendapatkan perhatian.

Marie-Luise Kieseler dan Brad Duchaine dalam Cortex menjelaskan pengalaman Annie. Dua bulan setelah tertular Covid pada musim semi tahun 2020, Annie mengalami gejala pernapasan yang khas, termasuk demam dan batuk. Annie juga menyadari "ada yang tidak beres" dengan persepsinya tentang wajah. Termasuk ketika dia berusaha keras membedakan yang mana (wajah) ayahnya dan pamannya, serta mengalami sensasi meresahkan dengan tidak mengenali lagi suara-suara yang dulunya akrab di telinganya

Sebagai pelukis wajah paruh waktu, Annie memiliki keterampilan visual yang substansial dan detail mengenai persepsi wajah. Sebelum didiagnosis positif Covid pada Maret 2020, Annie mengatakan tidak ada masalah dengan kemampuannya tersebut. Dia bisa menggambar wajah seseorang tanpa harus melihat foto dari orang itu. Sekarang, Annie kesulitan melakukan hal serupa, seperti ketika dia harus memahami bahasa yang sama sekali asing baginya.

Berdasarkan hasil tes memori terhadap empat wajah berbeda (dua wajah yang dikenal dan dua wajah yang tidak dikenal), skor kemampuan Annie terbukti rendah sekali. Meskipun kemampuannya dalam navigasi wajah menurun, fungsi kognitif Annie secara keseluruhan tidak terlalu terpengaruh. Annie mendapat skor normal pada tes lain termasuk pengenalan objek, pengenalan adegan, dan memori non-visual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun