Matahari masih sedikit malu bersinar, saat aku menjejak langkah di Bumiaji Batu, tepatnya di Museum Srimulat. Begitu turun dari bus yang membawa kami ke tujuan ini, hawa sejuk khas Batu menyeruak. Terasa segar menyusup rongga pernapasanku.
Di museum yang berdiri pada Juli 2024 ini, panitia menyambut kedatangan kami dengan ramah. Di sini akan ada lomba foto Astra dan anugrah pewarta Astra. Kedua lomba tersebut sudah memasuki tahun ke-17 dan ke-11. Wah sudah cukup lama ya...
Untuk tahun 2025 ajang lomba yang digagas Astra ini bertema "Satukan Gerak Terus berdampak". Mengawali kegiatan ini terpilih Bumiaji sebagai lokasi pertama  diadakannya lomba. Rencananya akan hadir acara serupa di beberapa kota lainnya.
Tangkap Ilmu dan Pengalaman
Tak berlebihan bila aku beranggapan begitu. Sebab saat tiba di Bumiaji, aku hanya memiliki gelas kosong yang ingin kuisi sampai penuh airnya. Bahkan kalau bisa, air dalam gelasku terisi hingga meluber ke luar.Â
Alhamdulillah semua prediksiku ternyata melebihi dari ekspektasi ku. Ternyata ada workshop juga yang menampilkan pemateri yang kompeten. Nggak rugilah pagi-pagi datang ke acara keren ini. Hehe ...
Ilmu kudapat, pengalaman pun pasti dong. Dari Nurulloh selaku  Head of Impact Kompasiana menjelaskan, kalau seorang penulis harus bisa story telling. Bagaimana saat menulis bisa merangkai kata dengan pilihan diksi yang menarik pembaca. Juga disinggung tentang teknologi AI.
Menurut Nurulloh, adanya teknologi AI membuat semua orang bisa jadi penulis. Sebab sudah ada diantaranya chatGPT yang memungkinkan seseorang yang tidak bisa menulis pun bisa meminta bantuan teknologi AI tersebut. Tapi jangan dijadikan sebagai alat menulis ya, jadikan sebagai alat bantu untuk merangkai ide, kata orang no 1 di Kompasiana ini.
"AI tidak boleh dicegah, tapi berguna untuk membantu penulis agar dapat point of view juga validasi," kata Nurulloh. Pendeknya, tulisan harus mengandung edukasi, hiburan dan pastinya bermanfaat buat pembaca.