Mohon tunggu...
Ernika Sondang SHS
Ernika Sondang SHS Mohon Tunggu... Guru - Pengajar di SMP N 14 Pekalongan

Seorang guru yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Human Touch Sang Guru sebagai Roh Pembelajaran Abad 21

23 Juni 2020   01:41 Diperbarui: 23 Juni 2020   01:48 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Konsep pembelajaran HOTS (Higher Order Thiking Skill) dianggap paling ideal diterapkan sebagai wujud pembelajaran abad 21 ini. Topik ini menjadi sedemikian retorik karena dunia pendidikan di  Indonesia telah berkali-kali berganti kurikulum. Pergantian ini tentunya menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.

Seperti halnya pada abad 21 ini ketika transformasi digital menandai bangkitnya era revolusi industri 4.0.  Hampir semua bidang menerapkan teknologi digital, termasuk dunia kerja.  Proses bekerja yang dulunya menggunakan kecakapan manusia dapat dilakukan dengan lebih efektif memanfaatkan perangkat-perangkat digital canggih. Otomasi dalam dunia kerja dapat menghilangkan lapangan pekerjaan sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan baru. Dunia kerja benar-benar membutuhkan SDM yang  berkeahlian tinggi dan khusus.

Mau tidak mau dunia pendidikan harus menyiapkan strategi jitu untuk  menciptakan SDM berkualiatas yang memiliki daya saing di abad 21 ini. Melalui peran strategis guru, amanat negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dapat diwujudkan.  Meskipun saat ini guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa,  peran guru tidak dapat digantikan dengan perangkat canggih.

Dunia pendidikan tetap membutuhkan sisi human touch dari seorang guru karena yang dididik adalah manusia. Kemajuan teknologi canggih pada setiap masa berfungsi sebagai penunjang kegiatan pendidikan. Guru tetap menjadi tokoh utamanya yang akan memandu siswa mengalami proses pembelajaran abad 21 ini. Konsep HOTS menjadi pondasi utama yang melahirkan serangkaian keterampilan abad 21 meliputi : berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi.

Human touch seorang guru diharapkan dapat menjadi roh penerapan konsep HOTS dalam pembelajaran abad 21. Human touch yang pertama adalah ketika guru mampu berperan sebagai guru zaman now (i touch the future). Sebagai guru yang terlahir lebih dulu dari anak didiknya tentu memiliki perbedaan pola dan pengalaman dalam belajar.  Guru tidak bisa memaksakan pola belajar yang dulu pernah dialaminya kepada anak zaman now. 

Guru diharapkan senantiasa berorientasi ke depan dan mampu mengikuti perkembangan zaman. Ketika guru berhadapan dengan anak didik dari lintas zaman di depannya, guru dapat memahami karakteristik  dan kebutuhan mereka.

Guru juga tidak bisa hanya mengandalkan pengetahuan yang diperolehnya semasa kuliah. Guru harus memposisikan dirinya sebagai pembelajar sepanjang hayat dengan terus mengupdate pengetahuannya. Selain itu guru harus kreatif menerapkan model-model pembelajaran yang dapat membentuk perilaku saintifik, sosial, serta rasa keingintahuan siswa. I touch the future sang guru akan membuatnya mampu menjawab tantangan kemajuan Iptek setiap masa.

Human touch yang kedua adalah guru melek literasi (i touch the literacy). Tentunya literasi yang dimaksud di sini bukan lagi dimaknai sebagai keberaksaraan,  melek huruf,  ataupun keterpahaman. Untuk bisa memenuhi kriteria pembelajaran HOTS setidaknya ada  6 literasi dasar yang perlu dikuasai generasi abad 21, yaitu literasi baca-tulis, matematika, sains, teknologi informasi dan komunikasi, keuangan, serta kebudayaan dan kewarganegaraan.

Literasi dalam pembelajaran HOTS ini melibatkan beberapa keterampilan, seperti menyimak, membaca, menulis, berbahasa lisan, dan ber-IT. Literasi dengan menerapkan banyak keterampilan ini yang dinamakan multiterasi. Tentunya multiterasi tidak akan lengkap apabila tidak disertai dengan penggunaan beragam jenis teks dari yang konvensional hingga teks inovatif, simbol, dan multimedia. Pemanfaatan beragam teks ini yang disebut multimoda.

Guru melek literasi (i touch literacy) ini difokuskan untuk memiliki kemampuan multiterasi dan multimoda. Kedua kemampuan ini menjadi sarana siswa melakukan transfer knowladge, berpikir kritis dan kreatif, serta mampu menyelesaikan masalah dalam kegiatan pembelajaran HOTS. Melaui guru melek literasi (i touch literacy), diharapkan akan tumbuh generasi literat. Generasi literat dapat menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk menyaring dan menyeleksi informasi-informasi tepat guna dan akuntable. Generasi ini tidak mudah tersesat pada konten-konten hoax yang merajalela.

Human touch yang ketiga adalah guru yang memanusiakan manusia (i touch the humanity). Konsep HOTS tidak hanya terfokus pada serangkaian pengetahuan dan keterampilan abad 21 yang harus dikuasai siswa. Namun, HOTS juga perlu memanusiakan manusia. Guru sebagai sosok terdekat dengan siswa lebih memiliki peluang besar dalam memberikan keteladanan dalam pembelajaran yang bersumber dari 5 nilai utama pendidikan karakter (relegius, nasionalis, integritas, mandiri, dan gotong royong). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun