Mohon tunggu...
Ernest Himalaya
Ernest Himalaya Mohon Tunggu... -

terima kasih Allah, aku bisa menulis..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dilema Anak Atut di Pilkada Banten

30 Juni 2016   09:04 Diperbarui: 30 Juni 2016   11:04 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilkada Provinsi Banten 2017 sudah mulai ramai. Banyak jago bermunculan untuk mengisi posisi Gubernur dan Wakil Gubernur Banten 2017-2022 mendatang. Selain incumbent Rano Karno, ada nama-nama lain seperti Wahidin Halim (anggota DPR RI asal Demokrat yang juga mantan Walikota Tangerang), Andika Hazrumy (anggota DPR RI asal Golkar yang juga putra sulung mantan Gubernur Banten Atut Chosiyah), dan Anton Apriantono (mantan Menteri Pertanian kader PKS).

Seperti biasa, sang incumbent Rano Karno (kader PDIP) sementara muncul sebagai calon terkuat. Saingannya, kemungkinan besar Wahidin Halim atau Anton Apriantono. Meski tidak terlalu signifikan, tantangan juga muncul dari calon independen, Dimyati Natakusuma (anggota DPR RI asal PPP yang juga mantan Bupati Pandeglang).

Sementara, Andika Hazrumy sepertinya tidak mengincar posisi Banten 1 melainkan “cukup” Wakil Gubernur. Meski baru saja mendapat kepastian didukung Partai Golkar maju di Pilkada Banten 2017, itu tak cukup membuat Andika dan tim suksesnya percaya diri (pede). Mungkin hitungan mereka, Andika yang baru berusia 30 tahun, dinilai “belum  cukup umur” untuk posisi Gubernur.

Lalu kenapa Partai Golkar ngotot mencalonkan Andika? Saat ini, Golkar Banten dikomandoi Tatu Chasanah yang tak lain adik kandung Atut Chosiyah alias tantenya Andika. Tampaknya Golkar Banten, termasuk keluarga besar Atut, masih mengidap post power syndrome setelah kejatuhan Atut sebagai Gubernur Banten akibat terjerat kasus di KPK akhir tahun 2013 silam. Sementara itu, tidak ada perwakilan keluarga yang dinilai mampu atau layak untuk dicalonkan. Akhirnya, pilihan jatuh kepada sang pangeran, itupun hanya untuk posisi Wakil Gubernur.

Sejarah pun berulang. Pada Pilkada Banten pertama tahun 2001 lalu, sang ibu- Atut Chosiyah-maju sebagai Calon Wakil Gubernur mendampingi (alm) Djoko Munandar yang jadi Calon Gubernur. Pada perhelatan Pilkada yang masih menggunakan pilihan suara anggota DPRD, pasangan ini dinyatakan keluar sebagai pemenang. Kini, jelang 2017, Andika juga tampaknya bakal maju sebagai Calon Wakil Gubernur. Tapi, siapa Calon Gubernur pilihannya?

Tanpa mengesampingkan calon-calon lain, sementara ini hanya ada dua nama calon terkuat untuk posisi Banten 1, yaitu Rano Karno dan Wahidin Halim (WH). Tak hanya lewat survei, dua nama ini juga diyakini layak jual meski hanya lewat hitung-hitungan warung kopi. Malah dua nama ini kemungkinan besar akan bersaing head to head tahun 2017 nanti. Sementara, nama Anton Apriantono (AP) memang masih harum. Selain mantan menteri, AP juga putra Serang asli. Sayang, jumlah kursi PKS di DPRD Banten belum cukup untuk mencalonkan dirinya. Ini yang dipandang sebagai persoalan rumit.

Dari dua nama tadi, Rano dan WH, siapa yang diminati Andika dan tim suksesnya? Sebenarnya sudah sejak lama nama WH muncul dan akan disandingkan dengan Andika sebagai pasangan calon. Isu ini sudah muncul tak lama setelah Atut harus lengser dari kursi Gubernur tahun 2014 lalu. Nama WH dipilih tim sukses bukan sembarangan tentunya. Hanya WH yang dinilai mampu menandingi Rano saat itu.

Pilihan Andika bersanding dengan WH sebenarnya agak aneh dan tidak masuk di akal. Maklum, pada Pilkada Banten 2011 lalu, WH adalah musuh bebuyutan sang ibunda, Atut Chosiyah. WH saat itu berpasangan dengan Irna Narulita (saat ini Bupati Pandeglang) sementara Atut dengan Rano. Dua pasangan inilah yang bertarung head to head di Pilkada Banten 2011. Tapi keanehan itu tentu saja bisa ditepis dengan jurus politik itu dinamis dan tak mengenal kawan maupun lawan. Dalam politik, segala sesuatu mungkin saja terjadi. Akhrnya, isu pasangan WH-Andika semakin kencang.

Belakangan, pilihan bersanding dengan WH mulai goyah. Sepertinya tim sukses Andika mulai lebih memercayai hasil survei terkait dengan popularitas dan elektabilitas Rano yang kian melejit di atas WH. Ditambah lagi ulah internal Partai Demokrat Banten yang mengaku belum pasti mencalonkan kadernya, WH di Pilkada 2017. Tak lain adalah Aeng Haerudin, Ketua Demokrat Banten, yang bilang begitu. Bahkan, Aeng sendiri mengaku siap jadi calon wakil gubernur mendampingi Rano. Sekadar informasi, sebelum maupun setelah menjadi kader Demokrat, Aeng dikenal sangat dekat dengan keluarga Atut.

Akhirnya, jurus  jaring ikan yang digunakan tim sukses Andika. Kanan kiri oke sambil melihat peluang yang lebih besar bagi kemenangan Andika, itu prinsipnya. Rano pun ikut dilirik demi hegemoni trah keluarga besarnya. Berbagai upaya dilakukan tim sukses Andika untuk mendekati mantan pasangan ibundanya di Pilkada 2011 lalu. Tak terkecuali lewat "bantuan" media lokal. Beberapa kali terbitan media lokal “menjodohkan” Rano dengan Andika meski kadang isi beritanya terkesan dipaksakan.

Meski politik itu dinamis, jujur saja pasangan Rano-Andika memilik resistensi tinggi di Pilkada 2017 nanti. Kalangan internal PDIP, sepertinya belum ikhlas jika jagoannya-yang sudah di atas angin-harus bersanding dengan Andika. Pemuda yang mempersunting Adde Rosi itu masih dinilai sebagai penjelmaan “orang-orang Atut” yang selama ini menjadi momok, terutama dalam urusan penguasaan proyek-proyek. Kekhawatiran ini sulit dihindari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun