Tsang kapten tidak bergeming walaupun dipaksa anak buahnya untuk naik sekoci sampai akhirnya sang kapten pun tenggelam bersama kapalnya. Itulah pemimpin sebenarnya, bertanggung jawab dan bukan pengecut.
Lain hal dengan Dirut PTKAI yang senang sekali cari muka. Demi mengamankan jabatannya, dia ambil semua keputusan yang menyengsarakan perusahaan demi citra baik.Â
Alhasil, PTKAI menanggung hutang utang usaha jangka pendek sebesar Rp 435,89 miliar, utang obligasi Rp 1,99 triliun, pinjaman jangka pendek Rp 3,12 triliun dan pinjaman jangka panjang Rp 7,75 triliun. (Sumber 1, Sumber 2)
Pada akhirnya, sesuai tulisan di atas, pemimpin yang baik akan menghasilkan organisasi yang baik, sebaliknya, pemimpin yang buruk akan menghasilkan organisasi yang buruk.
Pada kasus PTKAI, kita bisa lihat korelasi antara perilaku pemimpin dengan organisasi yang dipimpinnya. Terbukti saat ini pelayanan PTKAI mengalami kemunduran yang luar biasa, mulai dari pelayanan yang buruk, jadwal kereta yang tidak sesuai harapan masyarakat, keterlambatan kereta yang luar biasa tinggi, maraknya gangguan operasional, kereta anjlok dan lain sebagainya.
Kita hanya bisa berharap pemerintah dapat mengambil perannya untuk melakukan tindakan korektif atas mis-management di PTKAI demi mobilitas masyarakat yang lebih baik.
Sampai jumpa pada seri pemimpin berikutnya.