Mohon tunggu...
Ernanda CindyW
Ernanda CindyW Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Kejarlah Ilmu Sampai Ke Negeri Cina

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Pendidikan Perenialisme dan Tokohnya

12 Mei 2020   11:16 Diperbarui: 12 Mei 2020   11:32 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Assalamualaikum wr wb

Perenialisme berasal dari kata perenial yang artinya yang abadi atau keka,bisa pula diartikan tidak ada akhir. Esensi filsafat perenialisme adalah berbekal pada nilai-nilai atau norma yang sifatnya abadi. Aliran ini mengambil antalogi realitas sosial, kebudayaan manusia. 

Perenialisme menginginkan bahwa budaya adat istiadat yang terbiasa manusia lakukan merupakan sesuatu yang abadi. Aliran perenialisme beranggapan pendidikan harus didasari oleh nilai-nilai kultural pada masa lampau, oleh karenanya kehidupan pada masa kini banyak yang menimbulkan krisis dalam banyak bidang.  

Aliran filsafat perenialisme dalam memandang pendidikan adalah sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia yang sekarang seperti dalam masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan ideal. 

Tujuan pendidikan menurut filsafat perenialisme adalah memastikan  bahwa para siswa memperoleh pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau gagasan besar yang tidak berubah. 

Manfaat filsafat perenialisme bagi pendidikan yaitu mengutamakan pengembangan fitroh manusia sebagai makhluk pencari kebenaran sehingga dapat mendekatkan peserta didik pada Allah SWT. 

Contoh penerapan filsafat perenialisme bagi pembelajaran yaitu seperti penggunaan dalam metode ceramah, dimana pengajaran berpusat pada guru dan siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan menyampaikan pendapat.

Tokoh dan pemikirannya:

a. Robert Maynard Hutchins (1963), ia mengembangkan kurikulum berdasarkan penelitian terhadap buku besar bersejarah serta pembahasan buku-buku klasik. 

b. Ortimer Adler, mengatakan bahwa jika manusia adalah makhluk rasiaonal maka hakikat yang senantiasa itu dilama sejarahnya sehingga manusia mempunyai gambaran tentang pola pendidikan dengan tidak mengikutkan peradaban pada masa tertentu. Menurutnya manusia adalah makhluk rasional yang tampak didalam kapasitasnya sebagai subjek yang aktif serta dapat melakukan tindakan seni, membaca, mendengar, menulis serta berbicara dan berpikir.

Sekian dari saya.

Wassalamualaikum wr wb

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun