Percaya atau tidak. Kalau sudah punya duit banyaknafsu makan.
untuk belanja online, biasanya diikuti lonjakanWajah berseri-seri, senyum mekar kembali. Ibu lebih senang pilih ada duit, jadinya belanja online. Ibu senang belanja online dengan produk alat dapur, makanan atau alat kecantikan supaya lebih cling dan segar dipandang mata. Lalu, apa kata ayah? "Ia yang mencumbuiku. Lupakan yang lain!"
Lebih penting kita abaikan dulu obrolan di atas. Kita berbicara ini dan itu, kiri kanan oke seputar belanja online sebagai bagian dari kehidupan yang kita jalani saat ini.
Meskipun terdengar vulgar, nafsu belanja online adalah nyata. Nyata dari mimpi dan ilusi yang diciptakan oleh iklan online di media sosial (medsos) dan ruang siber lainnya.
Diperkirakan, kecenderungan belanja online dari warga Indonesia masih tinggi di tengah isu ancaman resesi di tahun 2023. Si doi pun tidak mengurungkan niat untuk belanja online. Siap pilih mana suka. Belanja online atau tidak?
***
Belanja online tidak bisa dipisahkan dengan kata-kata.
Nafsu belanja yang menyertainya menuju titik permukaan benda-benda akan berbalik arah menuju suatu tulisan oto-erotis melalui pertukaran, yaitu dari benda-benda alami ke sebaran produk barang online yang lebih spesifik.
Tanpa abai dengan tips mengatasi kecanduan belanja online, sejurus pemahaman tentang nafsu belanja online (sekalipun masih recehan) sedikit bisa terurai. Baju berukuran M, L, XL atau D lengkap motif, bentuk, dan warnanya tersaji melalui produk barang online di ruang siber, misalnya.
Begitulah nafsu menjadi lebih jelas. Bahwa kata-kata tidak pernah berakhir pada satu hobi, kecuali 'benda-benda' yang menyisakan permukaan 'yang nyata' dari belanja online.
Caranya? Bagaimana menyalurkan nafsu atas benda-benda 'yang tidak nyata', yaitu nafsu yang tervirtualkan lewat medsos dan internet sebagai titik relasinya. Sisa diklik. Oke pilih mana suka.