Rocky Gerung patut bersuara kritis dalam ruang yang berbeda.
Diantara pentolan non partisan,Sosok seperti Rizal Ramli, Refli Harun, dan Said Didu tidak lebih menarik, ketimbang Rocky Gerung. Mungkin tidaklah berlebihan jika menyebutkan demikian.
Meminjam istilah warganet, dia tidak asal banyak bacot atau asal bunyi.
Satu sisi, demi perubahan, suara kritisnya diharap membuat ‘enak tenang’, malah suguhan guyonan sekaligus “kuping panas, memerah” bagi tidak sepaham dengannya.
Terlepas bahwa ada diksi yang sering dilontarkannya membuat tidak enak kedengaran, seperti kata ‘dungu’.
Sisi lain, dia diundang kemana-mana, bak selebritis.
Dia terlibat dalam menyemarakkan diskursus intelektual dan blantika perpolitikan di tanah air. Selebihnya, saya kira biasa-biasa saja.
Jika kita menyimak betul kata-kata dan argumennya, dimana dia membahas secara tangkas mengenai peristiwa atau hakikat realitas yang terjadi di tanah air, yang rujukannya dari pernyataan dan ulah para pesohor negara hanyalah cara dia untuk menolak setiap pandangan konvensional.
Sumber kebenaran menghilang dalam ketidakbecusan memandu kehidupan bangsa melebihi negara setelah dipisahkan dari tujuan bersama melalui konstitusi.
Kata-kata dan penalarannya tidak berada diantara Epikurean dan Stoisean. Dia seakan-akan mencari kembali semua sumber pengetahuan.
Beberapa pemikiran kontemporer, realitas menunjukkan dirinya di hadapan Rocky Gerung, betapa rapuhnya kehidupan dan pemikiran.