BuUntuk memahami apa itu kapitalisme, maka kita perlu lihat dalam sejarahnya lebih dahulu bagaimana kapitalisme itu awalnya lahir.
Kelahiran kapitalisme
Kapitalisme lahir ketika sistem feodalisme sudah benar-benar mengekang perkembangan produksi manusia. Pada saat itu timbul kelas baru, yakni golongan borjuis. Mereka menguasai sistem perdagangan dan pertukangan. Mereka bersaing satu sama lain untuk mendapatkan keuntungan. Mereka membangun sebuah industri walaupun masih sangat sederhana untuk mengembangkan produksi mereka. Sistem feodalisme yang berbasiskan tanah last but least kalah bersaing dengan sistem kapitalisme yang berbasiskan manufaktur pabrik.
Untuk menunjang perkembangan teknologi yang dibutuhkan mode produksi untuk mesin-mesin produksi, kemajuan sains sangat diperlukan. Dibawah rezim feodalisme, ilmu pengetahuan sangat dicekik oleh doktrin gereja. Kita lihat seperti Galileo yang menemukan bahwa bumi itu bulat yang menentang doktrin gereja saat itu dihukum pancung. Ilmu pengetahuan sangat berbasis pada logika yang tentunya bertentangan dengan doktrin gereja saat itu yang lebih berbasis pada superstitious atau takhayul. Inilah sebabnya pada saat berkobar revolusi borjuis, kaum ilmuwan berpihak pada kaum borjuasi dalam menumbangkan kekuasaan feodalisme.
Free competition is the main feature of capitalism. Oleh karena sifat daripada kapitalisme adalah ekspansif, maka ia harus bersaing untuk mengembangkan teknologinya. Mereka yang tidak bisa berinovasi akan tergerus. Inilah yang menyebabkan kapitalisme jauh lebih berkembang ketimbang sistem feodalisme yang cenderung kaku dan konservatif. Posisi seorang raja ditentukan berdasarkan keturunan.Â
Maka, kaum borjuis memerlukan sebuah negara republik demokratis. Sebagai jalannya, revolusi harus dikobarkan. Sebagai dukungan, mereka menumpang rakyat jelata yang posisinya benar-benar tertindas untuk menumbangkan rezim absolut feodal.
Kapitalisme terus tumbuh menjadi sistem produksi yang kian membuat manusia menjadi produktif. Namun dengan semakin berkembangnya teknologi itu, jurang antara have dan have not kian meningkat. Inilah kekonyolan sistem kapitalisme itu. Persaingan antar kapitalis membuat mereka berkeuntungan. Keuntungan itu menjadi nilai lebih bagi mereka.Â
Untuk terus mengembangkan produksinya, mereka harus menanamkan nilai lebih itu ke luar negeri. Demi mendapatkan untung yang lebih banyak, mereka membutuhkan koloni, yakni daerah yang sedang berkembang. Disana harga tanah masih cukup murah, upan buruh pun masih sedikit, persaingan masih sangat rendah. Dengan ini proses akumulasi kapital menjadi mungkin.
Kapitalisme Indonesia ialah kapitalisme yang masih muda
Karena perkembangan industri Eropa pada abad ke-18 semakin pesat, maka ikut pulalah Indonesia sebagai ladang penanaman modal. Jadi kalau boleh dikatakan, kapitalisme Indonesia adalah cangkokan dari Eropa. Seperti apa yang dikatakan oleh Tan Malaka bahwa kapitalisme Indonesia belumlah mencapai tahap produksi dalam tingkat yang semestinya, atau ia menyebutnya sebagai kapitalisme yang masih muda.
Di Eropa, kapitalisme timbul untuk menumbangkan kesewenang-wenangan rezim feodalisme, sedangan di negara-negara koloni, borjuasi timbul karena cangkokan dari sistem kapitalisme yang mereka terapkan dengan cara yang berbeda-beda pula. Secara artifisial, ini menentukan watak revolusi yang terjadi di negara itu. Di sisi lain, kapitalisme yang terlambat di negara itu berdampak dalam membuat watak mereka menjadi bergantung pada modal asing. Inilah fakta yang kita alami di Indonesia saat ini