Mohon tunggu...
erisman yahya
erisman yahya Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah, maka kamu ada...

Masyarakat biasa...proletar

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Elit Bermain Angka, Rakyat Melihat Fakta

24 Oktober 2018   10:56 Diperbarui: 24 Oktober 2018   11:08 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: youtube nusantara news

Dalam beberapa hari ini, Pemerintahan Jokowi-JK gencar mengekspos hasil pembangunan di berbagai bidang. Semua menteri sibuk mengundang media. Bicara sesuai bidang tugasnya. Maklum, Pak Jokowi kembali mencalonkan diri sebagai presiden untuk periode berikutnya.

Hasilnya tentu sudah bisa ditebak. Hampir semua bidang menunjukkan trend sangat positif. Meningkat dengan baik. Dua musuh utama bangsa, yakni kemiskinan dan pengangguran bahkan bisa ditekan hingga satu digit.

Menurut Menkeu Sri Mulyani, baru di era Jokowi-JK angka kemiskinan di Indonesia bisa ditekan hingga ke angka 9,82 persen. Sebelum-sebelumnya selalu di atas 10 persen. Bahkan pernah di atas 20 persen.

Begitupun angka pengangguran berkisar di angka 5,13 persen. Selain itu, inflasi selalu dapat terjaga rendah sehingga daya beli masyarakat tetap positif. Di bidang infrastruktur lebih joss lagi. Pembangunan tol, pelabuhan, bandara dan lainnya meningkat tajam. Mencetak rekor dalam sejarah NKRI.

Lalu, Pak Prabowo sebagai rival membantah angka-angka itu. Menurut sang Jenderal, justru hanya 1 persen rakyat Indonesia yang benar-benar sudah mampu. Selebihnya, atau 99 persen hidup dalam kondisi pas-pasan. Bahkan sangat banyak rakyat Indonesia yang terjerat dalam rimba kemiskinan.

Pak Prabowo juga menyebut triliunan rupiah hasil kekayaan alam Indonesia menguap ke luar negeri, yang dalam istilah beliau bocor ke pihak asing. Rakyat Indonesia hanya gigit jari. Tak bisa berbuat apa-apa.

Sebelumnya, Oxfam Indonesia bersama International NGO Forum on Indonesia Development (INFID) pernah juga meluncurkan laporan tentang ketimpangan di Indonesia. Dalam laporan tersebut, Oxfam dan INFID menunjukkan kenyataan mengejutkan, dimana dalam 20 tahun terakhir, jurang antara orang kaya dan miskin di Indonesia ternyata tumbuh lebih cepat dibandingkan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.

Dilaporkan bahwa Indonesia berada di 6 peringkat terbawah dunia dalam hal ketimpangan. Dimana harta atau kekayaan dari 4 orang terkaya Indonesia setara dengan gabungan dari harta atau kekayaan 100 juta orang miskin di Indonesia (detik.com, edisi Kamis, 23/02/2017).

Lalu, rakyat mulai bingung, tentang angka mana sebenarnya yang paling mendekati kebenaran. Angka tentu hanyalah sebuah objek. Ia bisa disusun dan dirangkai sesuai yang kita inginkan berdasarkan variabel atau kriteria yang kita tetapkan.

Tapi fakta dan kenyataan yang dirasakan oleh rakyat dalam kehidupan sehari-hari akan mengungkap hasil yang sesungguhnya. Berbuih-buihpun pemerintah menyebut bahwa kondisi ekonomi rakyat dalam keadaan yang sangat baik, tapi jika rakyat dihadapkan pada situasi sebaliknya, maka itu jelas hanyalah bualan semata.

Begitupun, andai ada pihak yang menyebut bahwa kondisi ekonomi rakyat Indonesia sudah hampir terjungkal. Babak-belur. Sempoyongan karena banyak elit yang sontoloyo. Tapi jika nyatanya rakyat merasa enjoy-enjoy saja, happy-happy wae, maka pernyataan itu juga hanyalah isapan konyol belaka. Pada akhirnya, biarlah rakyat yang menilai. Wallahu'alam...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun