Mohon tunggu...
erisman yahya
erisman yahya Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah, maka kamu ada...

Masyarakat biasa...proletar

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Presiden Rasa Lokal vs Rasa Luar

11 Agustus 2018   15:48 Diperbarui: 11 Agustus 2018   15:51 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: TribunNews.com

Resmi sudah dua pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden yang akan bertarung pada Pilpres 2019. Masing-masing paslon bersama partai pendukung plus tim sukses sudah mulai memainkan strategi dan melancarkan trik guna merebut hati rakyat.

Media sosial (medsos) yang sedang booming di jagat raya terlihat menjadi media yang paling banyak digunakan untuk perang pencitraan. Medsos saat ini diyakini sebagai media paling efektif untuk menyampaikan pesan kepada rakyat.

Bayangkan saja, dari 265 juta lebih penduduk Indonesia, 132 juta lebih aktif menggunakan internet dan mayoritas suka bermedsos ria. Mulai dari youtube, facebook, whats app, instagram, twitter dan lainnya.

Kadang kita kagum, tertawa, tapi juga sering miris dan prihatin melihat dan membaca berbagai gambar maupun pesan yang bersileweran di medsos. Kadang seperti tidak ada tuan pengawas di dunia maya ini. Padahal bisa-bisa, anda ditangkap dan dijerat dengan UU ITE kalau sudah dianggap melanggar aturan.

Lalu, apa yang ingin penulis sampaikan kali ini? Secara tegas, dua paslon yang sudah resmi terdaftar di KPU RI, yakni paslon Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, adalah putra-putra terbaik bangsa. Dari ratusan juta penduduk Indonesia, untuk Pilpres 2019, yang direncanakan digelar pada 17 April 2019, Indonesia hanya mampu melahirkan dua paslon.

Dari dua paslon tersebut, penulis melihat ada fenomena yang menarik, khususnya dari sisi background (latar belakang) pendidikan. Dimana paslon Joko Widodo-Ma'ruf Amin jika kita baca latar belakang pendidikan keduanya, adalah murni produk Indonesia. Keduanya tidak pernah mengenyam pendidikan formal di luar negeri.

Sementara paslon Prabowo-Sandiaga Uno, keduanya bisa kita sebut paslon rasa luar, karena sama-sama pernah mengenyam pendidikan di luar negeri.

Dilansir dari laman bio.or.id, Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi itu pernah bersekolah di SDN 111 Tirtoyoso Solo, lalu melanjutkan ke SMPN 1 Solo, lalu SMAN 6 Solo dan akhirnya pria kelahiran 21 Juni 1961, itu menuntaskan pendidikan di Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta. Ia lulus pada tahun 1985.

Bagi para pencinta Jokowi, Jokowi adalah figur yang sederhana dan rendah hati. Jokowi adalah pemimpin yang sayang dan peduli dengan rakyatnya. Bahkan, ada yang menyamakan kesabaran Jokowi dengan Nabi Ayyub AS dan keberaniannya dengan Khalifah Umar bin Khattab RA. Jokowi juga dianggap berhasil membangun infrastruktur di hampir seluruh wilayah Indonesia. Termasuk merebut atau menasionalisasi beberapa tambang yang selama ini dikuasai asing.

Tapi di mata para penentang, Jokowi adalah pemimpin yang gila pencitraan. Jokowi dianggap kurang berhasil (kalau tidak boleh disebut gagal) memimpin Indonesia, karena hidup rakyat semakin susah dengan melambungnya harga-harga. Apalagi hutang Indonesia juga semakin membengkak.

Antipati terhadap Jokowi semakin menguat manakala ada ulama yang disebut-sebut dikriminalisasi. Termasuk membanjirnya tenaga kerja asing, terutama Cina ke Indonesia, yang membuat tenaga kerja Indonesia semakin terdesak. Kelompok ini sedang bersemangat menggelorakan tagar #2019 Ganti Presiden kemana-mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun