Mohon tunggu...
erisman yahya
erisman yahya Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah, maka kamu ada...

Masyarakat biasa...proletar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Korupsi dan Prostitusi yang Tak Pernah Mati

25 Juli 2018   18:08 Diperbarui: 25 Juli 2018   18:26 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: Detikhot.com

Heboh kasus tangkap tangan (OTT) Kalapas Sukamiskin oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) baru-baru ini, hanya cerita usang, kata seorang teman. Kenapa mesti OTT? Toh kasus jual beli beraroma korupsi di sana sudah sekian lama terjadi, sengitnya lagi. "Itu mah sudah jadi rahasia umum," sungutnya. "Rahasia kok bisa bersifat umum, ya," timpal saya sedikit bercanda.

Lapas Sukamiskin di Bandung, Jawa Barat, itu sebenarnya punya nilai sejarah. Paling tidak lapas yang mungkin termasuk tertua di Indonesia dan pernah memenjarakan Bung Karno, yang kemudian menjadi Presiden pertama RI. Semestinya ada sedikit nilai-nilai heroik di sana.

Sayangnya, belakangan ini lapas itu seakan terkhusus untuk napi-napi koruptor yang mayoritas adalah orang-orang berduit. Ya bayangkan saja, orang-orang borjuis yang biasa hidup bebas dengan segala kesombongan dan kemewahannya tiba-tiba harus tidur di ruangan pengap berukuran 1,5 x 2,5 meter (itu dulu ukuran kamar yang ditempati Bung Karno. Kalau sekarang kabarnya ada kamar lapas yang mirip hotel berbintang, wah...wah...wah).

Di sisi lain, sistem dan pengawasan di Lapas Sukamiskin, ya sama-sama tahu lah. Apalagi kalau sudah bicara tentang kesejahteraan para sipir di lapas itu. Mungkin barangkali masih jauh dari cukup. Dalam kondisi yang seperti itu, tentu sangat potensial muncul kasus-kasus kongkalikong dan jual beli kebebasan. Yang satu butuh kebebasan dan yang lain perlu hepeng alias money alias duit brooo...Apalagi harga-harga sembako terus membumbung tinggi. BBM naik, TDL naik, gas naik, hanya harga diri yang tak naik-naik, hehehe...

Akhirnya, berlakulah hukum, siapa yang punya duit aman. Bisa dengan mudah masuk-keluar penjara. Sementara yang miskin siap-siap saja tidur di ruang pengap bahkan mungkin kamar toilet. Tapi faktanya, mayoritas penghuni Lapas Sukamiskin adalah terpidana kasus korupsi yang notabene orang-orang berduit. Sehingga berserakanlah duit sogok-menyogok di sana.   

Makanya tak perlu heran, kalau ada yang setor mobil mewah kepada Kalapas Sukamiskin. Mungkin kalau Kalapasnya minta helikopter pun bakal dibelikan. Kenapa tidak? Daripada terkurung di kamar super pengap, mending bisa tidur di rumah sembari dipeluk istri yang cantik. Toh duit juga banyak kok. Kalapasnya juga doyan duit. Bisa diaturlah, hehehe...

Sampai pada tahap ini, kita bisa menarik kesimpulan, bahwa ternyata kerja keras KPK menangkap para koruptor lalu dijebloskan ke penjara, sama sekali belum menimbulkan efek jera. Bahkan perilaku korupsi kembali mereka ulangi di tempat yang mereka anggap sudah jauh dari jangkauan para penegak hukum. Hilang kasus korupsi di satu tempat, muncul lagi praktik korupsi di tempat yang lain. Intinya, praktik korupsi sepertinya tak akan pernah mati!

Mau contoh yang lain? Di era Orde Baru dulu, misalnya, praktik korupsi seakan terpusat dan didominasi hanya oleh kalangan eksekutif (pemerintah). Berganti ke era reformasi, korupsi ternyata malah semakin merata: eksekutif, legislatif dan yudikatif. Bahkan dalam beberapa kasus, ada anggota dewan (legislatif) yang masuk penjara akibat kasus korupsi secara berjamaah. Tuh saking banyaknya, berjamaah brooo..!

Intinya, selama sistem yang berlaku masih banyak minusnya, plus manusianya juga gampang tergoda (tergoda niye, hehehe), maka praktik korupsi tak akan pernah mati. Sama dengan kasus prostitusi yang diyakini telah ada sejak zaman Nabi Adam. Ada tidak ada kawasan khusus prostitusi, praktik itu akan tetap terjadi.

Trus KPK nggak ada gunanya dong? Tentu saja ada. Semakin baik dan benar sistem yang berlaku, tentu semakin sulit orang melakukan korupsi dan praktik prostitusi. Kalau sistem yang ada masih jauh dari harapan alias amburedul, jangankan orang ga benar, orang baik alias sholeh dan sholehah pun bisa jatuh kepada lobang korupsi dan prostitusi....hehehe...Kok jadi lobang ya..? Ya udahlah...Mudah-mudahan Mbak Inneke Koesherawati bisa tabah menjalani semua proses hukum ini. Amien...     

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun