Catatan Admin Kompasiana:
Tulisan ini mendapat tanggapan dari Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Fuad Basya di Kompas.com, Rabu 4 Juni 2014 dengan judul TNI Telusuri Perwira Tinggi Yang Dukung Salah Satu Capres.
-----------
Kemarahan SBY pada Senin ( 2/6/2014) berbuntut panjang. Kemarahan itu diungkapkan di 282 perwira tinggi TNI dan Polri di Kementrian Pertahanan akibat ucapan salah satu petinggi TNI yang menyatakan SBY sebagai "kapal yang mau karam".
Petinggi itu mengarah pada KSAD dan Panglima TNI yang beberapa minggu ini diketahui sering mendekati salah satu calon presiden yaitu Jokowi. Jenderal ini juga pernah bertemu dua kali dengan Megawati Soekarnoputri. Dia juga datang ke RSPAD ketika Jokowi lakukan test kesehatan.
"Tidak hanya TNI, perwira tinggi Polri sampai ke perwira menengah pun akan ikut diganti dan mutasi jika terbukti dia berpolitik," ujar sebuah sumber. SBY menegaskan jendral/laksamana/marsekal bukan tidak boleh menjadi pemimpin politik atau mengisi jabatan-jabatan politik. Hanya saja, dia harus mundur terlebih dahulu dari jabatan TNI dan Polri. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dikabarkan merencanakan pergantian perwira tinggi TNI pada 10 Juni 2014.
"Rakyat akan menilai cara itu fair karena tidak dianggap mengandalkan senjata di belakangnya untuk meraih kepercayaan politik dari rakyat,” kata SBY pada Senin.
SBY lantas meneruskan sindirannya pada hari ini. " (Jika dia mau mundur) Hampir pasti dikabulkan. Bahkan saya doakan agar sukses, karena saudara-saudara adalah perwira terpilih yang potensial," tandas SBY. Penegasan tersebut kembali disampaikan pada Rakornas Pilres 2014 di Sentul, Bogor, Selasa (3/6/2014) pagi ini.
Jadi pada tanggal 10 Juni depan, siapa yang akan dicopot atau disuruh mundur? Moeldoko sebagai Panglima TNI atau Budiman sebagai KSAD ? Atau dua-duanya ?