Monoton. Begitu terus berulang. Bahkan jadi terkesan hanya mencontek. Tidak ada perubahan setiap masa tahun ajaran.
Itulah Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP).
Alih-alih diharapkan untuk memenuhi standar proses pendidikan, yang muncul jadi pengulangan terus. Guru pun terhambat kretivitasnya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarin (sudah saatnya) mengubah mekanisme RPP.
Dengan begitu: Guru pun punya ruang akselerasi. Jadi Guru Penggerak. Seperti kenginan Menteri Nadiem.
Guru tidak lagi membuat RPP berpuluh lembar dan berhari-hari. Hanya terfokus ke situ, lalu melupakan tugas utamanya: mencerdaskan anak bangsa.
Guru 'terikat'. Hanya mengerjakan pengulangan setiap tahun ajaran. Tidak ada perubahan sesuai apa yang diinginkannya untuk membentuk kualitas murid.
Padahal: belum tentu apa susunan RPP yang dibuat Guru (mengulang) setiap tahunnya masih relevan dengan semangat pergerakan zaman.
Perangkat pendukung/media belajar-mengajar; sumber belajar-mengajar; alokasi waktu; materi belajar-mengajar; kegiatan inti belajar-mengajar; indikator belajar-mengajar; dan lainnya lagi.
Guru 'terpasung' aturan baku yang sama. Susunan sama. Akhirnya pengisiannya sama.
Kini: Menteri Nadiem harus ubah RPP.