Mohon tunggu...
Hendrika RosaVincensia
Hendrika RosaVincensia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Brawijaya

Konten yang diminati adalah isu kontekstual terkini dan bisnis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Daerah dan Fenomena Korean Wave serta Westernisasi di Indonesia

19 Mei 2022   14:39 Diperbarui: 19 Mei 2022   14:48 2396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Globalisasi budaya adalah penyebaran budaya, gagasan, dan nilai dari berbagai arah yang diterima secara luas dengan pedekatan tertentu. Menurut Robertson (1992), globalisasi mengacu pada penyempitan dunia secara intensif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut. Menurut Anthony Giddens, globalisasi adalah proses radikalisasi dan universalisasi nilai-nilai modernitas peradaban Barat ke seluruh penjuru dunia. Selain itu ada juga pengertian globalisasi menurut Peter Drucker. Drucker berpendapat bahwa globalisasi adalah zaman transformasi sosial yaitu penyebaran komunikasi global secara instan, pertumbuhan perdagangan internasional yang cepat, dan pasar uang global. Secara singkat bisa dikatakan bahwa globalisasi adalah gerbang untuk menuju kedunia luar.

Berdasarkan Cochrane dan Pain, globalisasi ini bida dilihat dari tiga posisi teoritis. Yang pertama adalah para globalis yang percaya bahwa globalisasi ini memiliki konsekuensi yang nyata bagi lembaga serta penduduk di seluruh dunia. Konsekuensi tersebut adalah hilangnya eksistensi kebudayaan asli karena tertimpa oleh budaya universal/global yang lebih homogen. Yang kedua adalah dari para globalis positif. Para globalis ini berkeyakinan bahwa proses globalisasi bisa menghasilkan masyarakat yang lebih toleran dan bertanggung jawab.  Dan yang ketiga adalah para globalis pesimis. Seperti julukannya, para globalis ini memiliki rasa pesimis terhadap proses globalisasi. Mereka berpendapat bahwa globalisasi adalah bentuk dari penjajahan barat yang melakukan pemaksaan untuk menerima budaya dengan cara membuat hal tersebut terlihat benar dipermukaan.

Globalisasi di Indonesia sendiri sudah terasa sejak abad ke 20. Hal tersebut pastinya sangat memberikan pengaruh pada segala aspek kehidupan negara. Salah satu aspek yang terkena pengaruh adalah aspek kebudayaan. Kebudayaan di Indonesia sangatlah beragam, dan masing-masingnya memiliki makna yang berbeda-beda. Dan karena makna tersebut disesusaikan dengan individu di daerah setempat, maka aspek ini berkaitan erat juga dengan hal psikologis. Psikologis inilah daerah yang secara spesifiknya terkena dampak dari pengaruh luar. Karena tindakan manusia dipengaruhi dari alam pikir individu tersebut. Globalisasi dalam kebudayaan bisa terjadi dengan cepat karrna budaya itu sendiri bisa dikonstruksi dan direkonstruksi sesuai perkembangan zaman. Namun menurut Koentjaraningrat, terdapat budaya yang tidak bisa diubah. Budaya yang tidak bisa diubah adalah budaya fisik yang berupa peninggalan seperti candi, prasasti, dan lain sebagainya. Sedangkan teradapat juga budaya non-fisik yang berupa adat, tradisi, tarian, dan yang lain sebagainya. Budaya non-fisik inilah yang memiliki hubungan erta dengan globalisasi, karena sifatnya yang dinamis dan terbuka.

Faktor yang mendorong Globalisasi sendiri ada bermacam-macam, yaitu Kemajuan Pengetahuan dan Teknologi, Keterbukaan Ekonomi, Migrasi Penduduk.

  • Kemajuan Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), menjadi jalan masuknya budaya luar ke dalam negara kita. Hal tersebut karena dimudahkannya akses kedunia luar, sehingga globalisasi tersebut bisa terjadi cepat melewati tiap individu.
  • Keterbukaan Ekonomi (Pasar Bebas), menjadi salah satu factor pendorong terjadinya globalisasi di Indonesia. Perdagangan global, menjadi jalan bagi produk luar untuk masuk ke Indonesia
  • Migrasi Penduduk, adalah salah satu hal yang menjadi pendorong globalisasi, Karena adanya migrasi internasional, masyarakat menjadi terbiasa dengan budaya baru yang dibawa ke daerah tersebut.

Karena banyaknya faktor pendorong ini, eksistensi kesenian juga menjadi isu yang perlu diperhatikan. Kesenian adalah harta budaya yang harus dilestarikan. Dengan masuknya perubahan sosial pula, kesenianpun ikut bergeser kearah kesenian komersial. Akibatnya kesenian yang bersifat ritual dan adat mulai tersingkir.

Contoh dari Globalisasi budaya adalah maraknya Hallyu (Korean Wave) yang terjadi di Indonesia. Selain itu juga terdapat Westernisasi yang cukup lama diterima oleh Indonesia dari dulu. Skenario yang didapat dari analisis globalisasi budaya ini ada 3, yaitu Skenario Homogenisasi, Heterogenisasi, dan Hibiridisasi. Homogenisasi adalah asumsi bahwa globalisasi budaya menmilki persamaan nilai, norma, dan produk budaya sebagai hasil standarisasi. Skenarion kedua adalah Heterogenisasi yaitu pendapat bahwa globalisasi memunculkan suatu keadaan heterogen yang mengacu pada satu struktur jaringan yang berperan sebagai tempat terhubungnya budaya dalam dimenis tertentu. Dan skenario terkahir adalah Hibridisasi. Hibridisasi adalah pencampuran budaya yang berkesinambungan menjadi integrasi dari budaya lokal dan budaya global.

Fenomena Korean Wave dan Westernisasi ini merupakan contoh real dari bentuk dari homogenitas. Westernisasi sendiri dari dulu sudah dipandang negative karena banyak nilai-nilai yang bertentangan dengan kebudayaan lokal. Dampak dari Westernisasi adalah maraknya sifat hedonisme, yaitu pandangan bahwa tujuan hidup hanyalan uutk kenikmatan dan kesenangan belaka. Budaya hedonisme ini didukung dengan adanya keberadaan tempat-tempat produk westernisasi, seperti restoran cepat saji, mall, caf, dan tempat jasa lainnya dengan harga yang relaitf mahal.

Lalu untuk Korean Wave sendiri masih termasuk baru dibandingkan dengan westernisasi. Korean Wave ini masuk ke Indonesia dengan pendekatan kebudayaan. Korean Wave diawali dengan munculnya konten kebudayaan Korea seperti drama, music, dan juga fashion. Meskipun Korean Wave dating terlambat dibandingka Budaya Western, nyatanya Korean Wave berkembang lebih cepat dan pesat. Hal tersebut dikarenakan Budaya Korea lebih tertutup dan bisa diterima masyarakat. Meskipun lebih diterima, bukan berarti Korean Wave ini memiliki dampak yang sepenuhnya baik, begitu juga dengan Budaya Western.

Upaya yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi Globalisasi Kebudayaan adalah dimulai dari kebijakan pemerintah yang harus lebih mengutamakan kelestarian buadaya. Namun yang paling esensial adalah adanya kesadaran dan aksi sebagai warga negara Indonesia untuk tetap melestarikan budaya yang ada. Selain itu paham mengenai bahaya atau ancaman yang mungkin terjadi dari budaya luar.

Jadi Globalisasi terjadi karena adanya akses yang terbuka hingga masuk ke Indonesia. Oleh karena itu, kita perlu mempertahankan kebudayaan dan kesenian lokal sebagai salah satu identitas bangsa. Yang bis akita lakukan adalah menyaring budaya luar yang kita konsumsi, dan mulai condong ke budaya sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun