Mohon tunggu...
Erlina Febrianovida
Erlina Febrianovida Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wanita yang masih harus banyak berbenah :-)

Moga yang saya tulis dan bagikan jadi maslahat serta pemberat timbangan amal kebaikan di akhirat kelak, Aamiin... :-)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jengkol dan Petai, Aromanya Blenger, Harganya Klenger

28 Agustus 2015   16:09 Diperbarui: 28 Agustus 2015   16:09 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lo suka jengkol ama pete Lin"

"Wuih suka pake binggo :-D"

"Ya Ampyun...."

Hingga NKRI Merdeka 70 tahun kedua jenis tumbuh - tumbuhan kategori sayuran itu masih tak merdeka dari "bully" Bau - Bauan. Gak tepat juga sih soal bau keduanya merupakan salah satu bully - bully-an, ya gimana mau lepas dari image "Bau" karena kedua sayuran itu kan memang diciptakan sudah sepaket dengan aromanya yang "khas" itu :-D. Dan hingga kini saya pun tak tahu pula kenapa seseorang yang mengaku dia salah satu pemakan Jengkol dan Petai langsung seolah "ditandai" jadi gimana gituh... iki maksut'e opo? (ini maksudnya apa sih?), tentu selain alasan makruh dalam agama islam yah (yang ini saya no comment yo)

Selain vonis aroma yang tak sedap, jengkol dan petai juga sayuran yang menurut saya tuh "jual mahal", dan bila saya harus berkasar - kasar ria maka umpatan ini pas untuk salah satu makanan kesukaan saya itu

"yaelah gak begitu banyak yang nyari dan bau aja pake dijual mahal kol kol!" hehehe...,

Habis gimana gak jual mahal lawong 1 Kg-nya saja bisa 80 ribu meski saat ini sudah turun pada kisaran 40 ribu (2 minggu yang lalu tepatnya). Sama juga dengan rekan sejawatnya, Petai, yang meski saat ini dihargai 3 - 5 ribu per papan tapi idul fitri lalu per papannya bisa dijual 15ribu (hhhmmm..., tepok tembok deh saya). Kalau daging, ayam, bawang, dan komoditas pokok lainnya yang penggemarnya bejibun saya masih maklum-lah mahal, tapi ini Jengkol dan Petai loh, gimana bisa coba?, dan kejadian ini selalu berulang yang artinya hampir tiap tahun ada masa dimana jengkol dan petai naik pamor harganya ckckck...

Awalnya sih cuek, tapi sebagai salah satu follower kedua makanan tersebut, maka tak adil bagi saya tak melihat utuh kenapa sih kadang keduanya suka mahal?, meski bukan hal baru tapi salah satu alasan kenapa Jengkol dan Petai bisa mahal ternyata memang ada kaitannya dengan "kekinian" generasi saat ini, loh kok gitu?

Harga jengkol dan petai bisa mahal umumnya karena memang sudah jarang ada yang menanam, jadi selain turunnya pasokan maka bilapun ada stoknya-pun tak banyak. Ini yang saya baca pada beberapa sumber media juga info seorang kawan yang sebelumnya menonton tayangan televisi dimana salah satu narsum-nya adalah penjual jengkol

Lantas hubungannya dengan "kekinian" yang saya maksud itu apa? senada dengan kalimat percakapan pembuka diatas, peminat yang nge-like kedua jenis sayuran ini juga berpengaruh pada mereka yang ingin menanam jengkol, sama juga seperti wacana di media Republika meski sudah 2 tahun lalu yang masih valid yakni info dari Disperindag kota Pekanbaru, Riau yang menyatakan kelangkaan jengkol dan petai adalah perkara hukum alam, tambahan lagi melalui Kepala Disperindag Pekanbaru, Elsyabrina yang mengatakan bahwa

"Jika dilihat dari perkembangan zaman, 'kita-kita' dulu mungkin tidak se-modern saat ini. Remaja zaman dulu juga jauh berbeda dengan remaja zaman sekarang yang begitu mengutamakan penampilan"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun