Sumber daya manusia selalu dititikberatkan pada kurangnya minat Baca-tulis, hal ini membuat kurangnya penulis dari Papua bahkan Papua merupakan darurat akan baca tulis atau literasi sehingga mempengaruhi dampak rendahnya IPM di Papua.
Untuk menjawab hal ini Yayasan Nusantara Sejati (YNS) yang bekerjasama dengan kementerian pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi melakukan Training of Trainers (ToT) bagi 46 Tenaga Pelatih dan Pendamping Sekolah (TPPS) melalui "Program Revitalisasi Pendidikan Dasar di Provinsi Papua Melalui Penguatan Kemampuan Baca-Tulis / Literasi dan Pengembangan Karakter di Jenjang Dasar" di @HOM Abepura mulai hari ini (20/09/2021) hingga 03 Oktober mendatang.
Gambaran umum program intervensi sekolah dasar ini merupakan program intervensi sekolah khususnya untuk kelas awal (kelas 1, 2 dan 3), yang dikembangkan bersama Unicef dan beberapa mitra lain.
Banyak hal nyata yang terjadi di Papua terlebih pada sekolah - sekolah di pedalaman bahkan di perkotaan banyak siswa yang belum bisa baca tulis.
Seperti dikomentari oleh direktur eksekutif YNS Eka Simanjuntak bahwa memang banyak jumlah dana yang mengalir ke saku - saku khas Papua salah satunya dana Otonomi Khusus (Otsus) namun tidak ada perubahan apa - apa.
"YNS sudah hadir di Papua sejak tahun 1997 sebelum munculnya Otsus Papua. Bahkan Otsus munculpun Papua tidak mengalami perubahan apa terlebih pada SDM Papua. Hingga saat ini anak - anak Papua banyak yang belum bisa membaca dan itu fakta, salah satu contoh beberapa hari lalu seorang mahasiswa asal Papua kuliah di Jawa memposting status di akun facebooknya yang bahasanya tidak jelas. Hal ini menunjukkan begitu rendah kemampuan Baca-tulis atau literasi di Papua," ucap bung Eka Simanjuntak.
Hal - hal sederhana inilah yang membuat YNS bergerak cepat untuk menangani masalah ini dan akan dimulai dalam waktu dekat lewat bantuan ke 46 fasilitator yang sudah direkrut dari seluruh Indonesia.
Beberapa tugas yang wajib dilakukan oleh TPPS di  115 sekolah, ialah orientasi sekolah dan kampung, sosialisasi program kepada masyarakat, sosialisasi program kepada warga sekolah dan stakeholder lainnya, mengaktifkan komite sekolah, pelatihan literasi baca-tulis, pelatihan penerapan disiplin berkarakter, pendampingan guru di kelas, pembuatan atau revitalisasi sudut baca, pertemuan kelompok kerja guru (KKG), kampanye pendidikan, peningkatan partisipasi masyarakat terhadap pendidikan, pelatihan manajemen berbasis sekolah (MBS), rapat koordinasi fasilitator dan manajemen, pelatihan manajemen dan perpustakaan, implementasi manajemen dan revitalisasi perpustakaan, dan rapat koordinasi kampung.
Hasil dari semuanya ini outputnya agar ada perubahan di sekolah terlebih pada peserta didik, dan terlebih bisa IPM semakin baik, dan kualitas anak - anak Papua semakin baik sehingga bisa bersaing dengan wilayah - wilayah lainnya.